Pada tahun 2017, Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) memberi amanat kepada Majelis Pustaka dan Informasi tingkat pusat dan Universitas Ahmad Dahlan untuk menyiapkan konsep museum Muhammadiyah yang akan didirikan melalui bantuan pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Selanjutnya, PPM membentuk Tim Persiapan Museum Muhammadiyah dengan tugas melakukan kajian dan persiapan pendirian museum. Selama hampir delapan bulan, Tim telah bekerja dengan semangat yang tinggi sehingga pada penghujung 2017 telah dapat menghasilkan draf berupa proposal pendirian museum yang terdiri atas desain infrastruktur bangunan dan konten berupa storyline. Nantinya museum ini akan didirikan bersebelahan dengan masjid Islamic Center UAD di Jalan Ring Road Selatan Yogyakarta menempati lahan seluas 2000 meter persegi dengan bangunan berlantai lima seperti ditunjukkan gambar berikut ini.
Desain museum Muhammadiyah (sebelah kanan) tampak dari arah selatan
Untuk mencari referensi pengembangan konten museum, pada 3 s.d. 6 Januari 2018 bersama Bapak Prof. Dr. Dadang Kahmad, M.Si. (ketua PP Muhammadiyah Bidang Pustaka dan Informasi) beberapa pengurus MPI PPM: saya sebagai Ketua, Bu Widiyastuti, M.Hum. Wakil Ketua Bidang Museum dan Kearsipan, Pak Afan Kurniawan, M.T. Wakil Ketua Bidang Pendayagunaan Teknologi Informasi, Pak Amir Nashirudin Sekretaris, Mas Iwan Setyawan Wakil Sekretaris, Pak Purwono Bendahara, Mas Adim Anggota, Pak Dr. Rusydi Umar Anggota, perwakilan konsultan perencana (Mas Yudanto dan Mas Hari), dan ahli museum Pak Riswinarno dan Bu Sri Ediningsih, berkunjung ke beberapa museum di Malaysia. Hari pertama lima museum berhasil kami kunjungi yakni Muzeum Diraja, KL Gallery, Islamic Art Museum Malaysia, Muzeum Negara Malaysia dan Galeri Seni Bank Negara Malaysia.
Muzeum Diraja
Museum ini berlokasi di Istana Negara Lama, Jalan Istana Kualalumpur merupakan tempat tinggal Seri Paduka Baginda Yang di Pertuan Agong dan Raja Permaisuti Agong sejak 1957 sampai dengan 2011. Setelah itu bangunan Istana Negara lama ini dijadikan Muzeum Diraja dan mulai dibuka untuk umum pada Februari 2013. Bangunan museum ini mulai dibangun tahun1928 oleh seorang jutawan China bernama Chan Wing. Pada saat pendudukan Jepang di Tanah Melayu bangunan ini dijadikan mess pegawai tentara penjajah, dan setelah perang dunia ke-2 diambil alih oleh British Military Administration (BMA) sebagai markas Tentara Udara Diraja. Setelah 1950 bangunan ini difungsikan sebagai istana sementara Sultan Selangor sampai Februari 1957. Akhirnya bangunan ini dibeli oleh Kerajaan Persekutuan dan dijadikan sebagai Istana Negara atau kediaman resmi Seri Paduka Baginda Yang di Pertuan Agong ke XIII.
Rombongan MPI PP Muhammadiyah di Depan Muzeum Diraja
Secara umum museum ini menampilkan seluk beluk kediaman seorang raja dari ruang tamu, ruang makan, dan bahkan sampai kamar mandi. Untuk menjaga kebersihan, pihak pengelola memberikan aturan pengunjung harus melepas alas kaki ketika memasuki museum ini dan melarang mengambil gambar/video di semua sudut museum. Museum Muhammadiyah nantinya justru harus menyediakan banyak arena foto di sudut-sudut museum dan pengunjung tidak perlu melepas alas kakinya. Dalam museum ini terdapat display ruang sidang raja, hal ini dapat menjadi referensi bagi pengembangan museum Muhammadiyah misalnya nantinya perlu ditampilkan salah satu diorama situasi rapat ketika pertama kali KH Ahmad Dahlan menggagas berdirinya Muhammadiyah.
KL Gallery
Mas Adim sebagai anggota MPI PPM yang ikut serta dalam rombongan studi banding ini kami tugaskan mendokumentasikan dan mencatat hal-hal penting tentang museum di Malaysia. Untuk KL Gallery inilah report nya: “…KL Gallery terletak ditepi Dataran (lapangan) Merdeka Kuala Lumpur, bukanlah sebuah museum. Ia memberi inspirasi tentang bagaimana menata sebuah display yang menarik, yang dipadu dengan spot-spot untuk berfoto (selfie, dan sejenisnya). Museum ini memajang bagian produksi merchandise sebagai bagian dari display yang disajikan untuk pengunjung. Jika dibandingkan dengan galeri atau sejenisnya yang ada di Jogja, KL Gallery mirip Taman Pintar. Hal yang sangat menarik dari KL Gallery adalah tiket masuk setengahnya dikembalikan kepada pengunjung berupa voucher untuk berbelanja di food court yang menyatu dengan konter merchandise. Tiket RM 10 dikembalikan dalam bentuk voucher senilai RM 5, bisa digunakan untuk membeli 1 cup minuman atau gantungan kunci, dan sebagainya.”
Unit produksi merchandise sekaligus sebagai bagian dari display museum
KL Gallery menyediakan banyak photobooth sehingga sangat menarik bagi pengunjung
Hal lain yang menarik dari KL Gallery adalah disediakannya sesi display gabungan media dua dimensi melalui layar lebar dan display tiga dimensi dalam bentuk maket kota KL. Tontonan ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit, melalui layar lebar ditayangkan penjelasan tentang sudut-sudut kota KL dan fungsinya dan saat penjelasan dilakukan media tiga dimensinya menyalakan lampu-lampunya yang menunjuk pada lokasi yang sedang dijelaskan.
Maket kota KL yang dilengkapi dengan tata lampu untuk mendukung uraian pada media dua dimensi
Islamic Art Museum Malaysia
Museum ini milik sebuah yayasan sehingga bukan merupakan museum yang dikelola oleh negara. Bangunannya menempati area seluas 30.000 meter persegi, terletak di tengah lingkungan taman hijau Kuala Lumpur’s Lake Gardens. Museum Seni Islam Malaysia menampung lebih dari sepuluh ribu artefak, serta perpustakaan buku seni Islam yang cukup banyak. Benda-benda seni yang dipajang mulai dari potongan perhiasan paling kecil hingga model skala terbesar di dunia dari Masjid al-Haram di Mekah. Tujuannya adalah untuk menciptakan koleksi yang benar-benar mewakili dunia Islam. Museum ini dilengkapi dengan galeri yang meliputi berbagai arsitektur bangunan Islam, seperti arsitektur masjidil haram, masjid nabawi, dan masjid di negara-negara Islam dalam bentuk maket. Galeri ini dapat menjadi inspirasi pengembangan museum Muhammadiyah terutama perlunya museum dilengkapi dengan berbagai maket yang mencerminkan bangunan-bangunan di masa lampau seperti langgar Kidul, sekolah zaman dulu dan bahkan arsitektur perkantoran pada zaman awal-awal berdirinya persyarikatan Muhammadiyah.
Salah satu display galeri arsitektur Islam di Islamic Art Museum Malaysia
Galeri yang lain adalah Quran dan Manuskrip yang menampilkan manuskrip Al Quran pada awal penulisannya dari berbagai negara dalam bentuk artefak manuskrip asli. Galeri ini memberikan inspirasi gagasan perlunya museum Muhammadiyah menampilkan berbagai dokumen asli seperti notulen rapat-rapat Muhammadiyah pada awal berdirinya yang dapat diperoleh dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Contoh display pada galeri Quran dan Manuskrip
Museum ini menyediakan pula Galeri India, China dan Dunia Melayu yang menampilkan berbagai artefak keislaman yang berhasil diakuisisi oleh pengelola museum dari negara-negara tersebut.
Galeri India, China dan Dunia Melayu di Islamic Art Museum Malaysia
Untuk pengembangan museum Muhammadiyah nantinya dapat disajikan pula display berisi artefak dari berbagai wilayah yang menggambarkan dinamika perkembangan wilayah-wilayah Muhammadiyah. Selain itu, Islamic Art Museum Malaysia menampilkan pula galeri yang berhubungan dengan perhiasan, busana, dan senjata yang dipakai oleh para pemimpin Islam zaman dulu, berbagai jenis koin yang digunakan sebagai alat tukar, hasil karya masyarakat berbentuk logam dan keramik, dan bahkan ditampilkan pula gaya hidup masyarakat muslim zaman dulu. Hal inipun dapat menginspirasi antara lain nantinya museum Muhammadiyah dapat menampilkan berbagai kelengkapan pribadi dan alat dakwah yang digunakan oleh KHA Dahlan saat mengawali dakwah di berbagai tempat. Museum Muhammadiyah juga dapat menampilkan artefak berbentuk perhiasan atau sejenisnya yang dulu pernah dikumpulkan oleh warga Kauman untuk membantu dakwah Muhammadiyah.
Selain menyediakan galeri yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung, museum ini memiliki program-program kerjasama internasional yang cukup baik untuk ditiru oleh Museum Muhammadiyah. Salah satu programnya adalah Travelling Exhibition yakni sebuah program kerjasama antara Islamic Art Museum Malaysia dengan museum-museum lain di luar negeri dalam penyelenggaraan pameran bersama untuk suatu topik tertentu. Misalnya pada 27 Agustus 2016 s.d. 30 April 2017, museum ini meminjamkan 43 artefak untuk dipamerkan pada the Beyond Words: Calligraphic traditions of Asia di pojok kaligrafi Islam yang diselenggarakan oleh the Art Gallery of New South Wales, Australia. Museum Muhammadiyah sepertinya perlu membuat program serupa dengan melakukan kerjasama dengan museum lain dalam penyelenggaraan ekshibisi.
Museum ini juga menyediakan Pusat Riset dan Konservasi yang di dalamnya terdapat Laboratorium Material Organik, Laboratorium Material Anorganik, Laboratorium Analitik, dan Mount and Display Design. Fasilitas pendidikan juga disediakan oleh museum ini yang meliputi Perpustakaan Anak, Unit Penyelenggara Program Pendidikan Anak, Kompetisi seperti Lomba Penulisan Kaligrafi Pemuda, dan Lomba Fotografi Islam Pemuda. Fasilitas-fasilitas lain yang disediakan museum ini untuk publik adalah perpustakaan sarjana, toko museum, restauran, ruang pamer untuk umum, pavilion kubah terbalik, dan auditorium. Museum ini juga menyediakan unit publikasi untuk menerbitkan karya-karya berupa buku.
Saling tukar cenderamata antara MPI PP Muhammadiyah dan Islamic Art Museum Malaysia
Museum ini terkesan modern sehingga cukup relevan sebagai referensi pengembangan museum Muhammadiyah dari segi arsitektur bangunan dan tata letak serta jenis display yang digunakan,
Museum Negara Malaysia
Setelah tiga museum dikunjungi, dengan mempertimbangkan waktu, tim dibagi menjadi dua. Tim pertama dipimpin oleh Bu Widyastuti, M.Hum. mengunjungi Galeri Bank Negara Malaysia, sedangkan saya bersama teman-teman lainnya berkunjung ke Museum Negara Malaysia. Saya diterima Direktur Jenderal Departemen Museum Kementerian Pariwisata dan Budaya Malaysia Bapak Datuk Kamrul Baharin A. Kasim dan beberapa Direktur seperti Direktur Museum Negara Bapak Azmi bin Ismail.
Beberapa catatan penting yang dihimpun dan ditulis oleh Mas Adim (salah satu anggota delegasi MPI PPM) dalam dialog antara kami dengan pak Dirjen ini adalah sebagai berikut.
- Dalam pembangunan museum hal terpenting adalah tersusunnya storyline terlebih dahulu.
- Sebuah museum memerlukan adanya pengelola dan kurator yang bertanggung jawab terhadap artefak serta konten museum.
- Dalam museum penting diberi fasilitas lembaga riset, ruang penyimpanan serta perawatan artefak.
- Pegawai museum memiliki peran penting dalam pengelolaan museum, oleh sebab itu diperlukan SDM profesional yang memahami pengelolaan museum, cara menjaga keamanan artefak, juga mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum.
- Pameran (display) sebuah museum mahal biayanya, oleh sebab itu diperlukan kreativitas tinggi dalam menata tampilan pameran, dengan berpedoman pada storyline, agar dengan biaya yang besar dapat menghasilkan display yang menarik dan atraktif.
- Penggunaan teknologi informasi (TI) memang memberi kesan canggih, namun rentan mengalami kerusakan, terutama yang bersifat interaktif secara langsung dengan pengunjung. Jadi, penggunaan TI dalam museum perlu memperhatikan aspek-aspek keamanan dan keawetannya.
Setelah berdialog selama hampir satu jam dengan Dirjen Museum Malaysia dan jajarannya, kami diajak keliling mengunjungi museum nasional Malaysia oleh Direktur Museum Bapak Azmi bin Ismail. Direktur Museum Nasional Malaysia menegaskan lagi bahwa kekuatan museum adalah pada storyline yang dirancangnya dan hal yang paling berat adalah mengoleksi artefak untuk mendukung storyline. Jika storyline dan artefak yang mendukungnya telah terkumpul maka disain dan penyusunan display dari artefak-artefak itu dapat diserahkan kepada vendor. Saat awal pembangunannya, pihak museum nasional menggunakan vendor dari Jerman dengan harga yang sangat mahal, namun akhir-akhir ini ternyata diketahui bahwa vendor dari Singapura dan China dapat menghasilkan disain yang sama dengan harga yang lebih murah. Selanjutnya disampaikan pula bahwa dana yang tersedia untuk pengadaan konten awal sebaiknya tidak dialokasikan sepenuhnya untuk akusisi konten, namun pengelola museum perlu menyisihkan sebagian dana ini untuk cadangan sewaktu-waktu ada artefak yang perlu diadakan selama pembangunan awal museum.
Museum Negara Malaysia menyediakan Galeri dengan empat tema yakni (1) Sejarah Awal; (2) Kerajaan-kerajaan Melayu; (3) Era Kolonial dan (4) Malaysia Kini. Untuk menarik pengunjung, media display dibuat bervariasi, tidak hanya dalam bentuk statis tetapi juga dalam bentuk dinamis gabungan dari media dua dimensi hasil proyeksi video dengan diorama tiga dimensi. Menurut Direktur Museum, media seperti ini justru lebih awet dan mudah pemeliharaannya dibanding media display interaktif.
Tim MPI PPM bersama Direktur Museum Negara Malaysia (bercelana dan berbaju hitam)
Ruang pamer publik juga disediakan oleh Museum Negara
Sebelum meninggalkan Museum Negara, kami bertanya kira-kira museum mana yang cocok sebagai referensi pengembangan museum Muhammadiyah? Kami disarankan untuk berkunjung ke Museum UMNO di Malaka dan atas kebaikan Bapak Datuk Kamrul Baharin A. Kasim, Dirjen Museum Malaysia, kami dihubungkan dengan Direktur Museum UMNO Bapak Khamis bin Abas, dan hari berikutnya kami mengunjungi museum UMNO di Malaka.
Setelah selesai hari pertama mengunjungi museum kami berkesempatan bersilaturahmi dengan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia di Gombak Kualalumpur. Pada kesempatan tersebut bapak Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. memberikan pengajian dengan tema memantapkan berorganisasi di Muhammadiyah.
Pengajian oleh Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. di PCIM Malaysia
Museum UMNO
Berikut ini adalah catatan yang dibuat oleh Mas Adim tentang museum UMNO…”di museum UMNO, Melaka, Direktur Museum UMNO Bapak Khamis bin Abas, menjelaskan tentang musium yang dimiliki oleh partai politik besar di Malaysia itu. Isi musium ini merupakan kombinasi antara artefak dan display narasi serta gambar-gambar. Memuat pula foto-foto tokoh pendiri partai UMNO, baik pusat maupun negara bagian. Pengaturan display teks narasi yang menarik membuat pengunjung musium tidak merasa bosan untuk membaca narasi-narasi tentang sejarah, dan seterusnya”.
Sepertinya jika dilihat dari stroyline nya, museum UMNO ini sangat cocok dengan storyline museum Muhammadiyah karena keduanya merupakan sebuah organisasi gerakan, bedanya UMNO gerakan politik di Malaysia, sedangkan Muhammadiyah adalah gerakan sosial keagamaan di Indonesia. Museum UMNO mengawali display dengan sejarah berdirinya orpol tersebut, diteruskan dengan display riwayat tokoh-tokoh pentingnya.
Dari pojok kiri atas searah jarum jam: replika ruang rapat, panel dengan poster, multimedia di Museum UMNO (Foto: Novindiya Agung Yudhanto)
Dari museum UMNO banyak ide-ide yang dapat dikembangkan untuk museum Muhammadiyah karena kesamaan storyline sebagai organisasi gerakan. Museum Muhammadiyah nantinya dapat menampilkan pula replika-replika tempat permusyawaratan yang menghasilkan keputusan penting bagi perjalanan Muhammadiyah, dan lainnya.
Tukar menukar cendermata dengan Direktur Museum UMNO Malaysia (Foto: Novindiya Agung Yudhanto)
Tim Museum MPI PPM dan Direktur Museum UMNO (Foto: Novindiya Agung Yudhanto)
Semoga Museum Muhammadiyah dapat terwujud.