Saat ini banyak pekerja Indonesia di Malaysia yang tidak memiliki dokumen resmi keimigrasian. Mereka menghadapi masalah terutama terkait dengan pendidikan anak-anaknya. Aturan yang berlaku, tidak memungkinkan anak-anak ini dapat memasuki sekolah-sekolah formal. Keberadaan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) yang diselenggarakan Kedutaan Besar RI pun tidak mampu menampung mereka, karena terbatasnya ruang dan kendala jarak bagi masyarakat Indonesia yang jauh dari ibu kota termasuk yang berada di Pulau Penang. Keadaan seperti ini memicu tumbuhnya kesadaran beberapa komunitas masyarakat Indonesia untuk membentuk Sanggar Belajar (SB). Istilah SB ini digunakan agar tidak memberikan kesan bahwa aktivitas yang diselenggarakan berupa sekolah formal.
SB melayani pendidikan tingkat sekolah dasar yang diselenggarakan secara non-formal menggunakan modul-modul yang diterbitkan SIKL. Untuk setiap paket yang telah diselesaikan setara dengan pendidikan dasar 6 tahun, siswa SB akan memperoleh rekognisi berupa ijazah lulusan SD yang diterbitkan oleh SIKL. Siswa yang telah memperoleh ijazah SD ini, selanjutnya dikirim ke SIKL untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Persoalan yang dihadapai dalam penyelenggaraan SB adalah minimnya dukungan infrastruktur pendidikan dan SDM terutama guru. KKN Internasioanl UAD diterjunkan di sana untuk berpartisipasi membantu ketersediaan guru temporer.
Tanggal 14 November 2023, saya bersama pembimbing lapangan menerjunkan mahasiswa KKN di SB Anak Malaysia Indonesia Pulau Penang. Di SB ini terdapat hampir 40an anak Indonesia yang mengikuti bimbingan belajar.
Penyerahan Mahasiswa KKN UAD dan Situasi Sanggar Belajar Anak Malaysia Indonesia Pulau Penang
Para mahasiswa KKN UAD akan membantu penyelenggaraan pendidikan anak-anak ini selama hampir satu bulan. Keberadaan mahasiswa KKN UAD di sana sekurang-kurangnya dapat memberikan motivasi kepada pengelola SB bahwa pemberdayaan pendidikan warga negara Indonesia di Malaysia juga menjadi perhatian masyarakat di tanah air.
Pada hari yang sama, saya juga menerjunkan mahasiswa KKN di Learning Center PERMAI (Pertubuhan Masyarakat Indonesia) Pulau Pinang.
Penyerahan Mahasiswa KKN UAD di SB PERMAI Pulau Penang Malaysia
Sanggar belajar PERMAI terletak di sebuah ruko di Jalan Tun Dr Awang, Kampung Seberang Paya, Bayan Lepas, Penang. Sebagai tempat belajar, fasilitas ini sesungguhnya kurang memadai karena hanya berbentuk ruangan seluas enam kali dua belas meter. Namun, karena semangat pengelola demi mencerdasakan anak-anak Indonesia di Malaysia, maka kegiatan belajar-mengajar dapat terlaksana. Di tempat ini, anak-anak belajar berbagai mata pelajaran sebagaimana anak-anak yang menempuh sekolah di Indonesia. Pelajarannya disesuaikan dengan kurikulum yang diberlakukan di sekolah-sekolah Indonesia meliputi baca-tulis-berhitung (calistung), IPA, IPS, PKN, Olahraga, Bahasa Inggris hingga Pendidikan Agama Islam.
Tanggal 31 Januari sampai dengan 2 Februari 2023 saya berkunjung ke Thailand dalam rangka melaksanakan tugas internasionalisasi UAD. Ikut bersama saya Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Gatot Sugiharto, Kepala Bidang Kerja Sama Internasional KKUI Ida Puspita, M.Ars., dan Muh. Saeful Effendi, M.Pd. B.I. dosen program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Dua kegiatan penting yang saya lakukan di sana adalah penerjunan KKN (kuliah kerja Nyata) Internasional UAD dan penandatanganan MoU dengan Universitas Fatoni, berlokasi di bagian selatan negeri gajah putih.
KKN UAD di Thailand dimaksudkan untuk mengimplementasikan program internasionalisasi UAD lewat kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatannya berlangsung selama satu bulan di Songserm Sasana Vitaya School, Sangkhom Islam Wittaya School, dan Kalamullah School diterjunkan pada 28 Januari 2023 lalu, melibatkan 16 mahasiswa tersebar di tiga sekolah.
Gambar kiri: penyambutan oleh sekolah mitra UAD di Thailand. Gambar kanan: sebagian mahasiswa KKN Internasional di Thailand bersama Kabid Kerjasama Luar Negeri Ida Puspita.
Kegiatan KKN meliputi pembenahan administrasi sekolah, pembelajaran bahasa asing yang menyenangkan, kegiatan melibatkan masyarakat, dan pengenalan budaya Indonesia. Program studi peserta KKN terdiri atas: teknik informatika, sastra inggris, teknologi pangan, bahasa dan sastra arab, bisnis jasa makanan, pendidikan bahasa inggris, manajemen, teknik kimia, psikologi dan perbangkan syariah. Penetapan lokasi didasarkan atas fakta bahwa masyarakat di Thailand selatan sangat antusias mempelajari bahasa asing dalam rangka keterlibatannya dalam ASEAN Economics Community. Mereka memerlukan pemahaman bahasa dan budaya lintas negara di ASEAN. Oleh karena sebagian besar warganya adalah komunitas muslim maka mereka sangat senang atas kehadiran KKN UAD.
Kegiatan penandatangan naskah kerjasama dengan Universitas Fatoni diawali dengan dialog membahas kegiatan-kegiatan yang memungkinkan untuk dikerjasamakan terutama dalam pengembangan Pusat Studi Indonesia-Malaysia sebagai bagian dari studi tentang ASEAN yang saat ini telah diinisiasi oleh mereka. Naskah kerjasama saya tandatangani bersama dengan Rektor Universitas Fatoni yakni Prof. Madya Dr. Ismaillutfi Japakiya disaksikan oleh Prof. Dr. Sukree Langputeh, Wakil Rektor Bidang Kerja sama Internasional. Kerjasama meliputi pelaksanaan program-program catur darma pendidikan tinggi seperti student mobility, join seminar, join research.
Pembahasan implementasi MoU bersama Rektor Universitas Fatoni Thaland
Saya menemukan hal menarik di sana, ternyata terdapat salah satu lulusan UAD yakni Sdr. Islahudin yang sekarang menjadi dosen Universitas Fathoni. Hal ini menggambarkan bahwa UAD telah memperoleh rekognisi internasional, karena lulusannya diserap oleh lembaga pendidikan di luar negeri. Saudara Islahudin (lulusan UAD) saat ini sebagai dosen pada Departemen Bahasa Melayu.
Untuk kali keempat, pada 15 s.d. 20 Mei 2019, saya mengunjungi kembali daratan China. Kebetulan saat itu masih dalam suasana bulan puasa Romadhon 1440 H, sehingga diperlukan effort yang agak besar untuk mempertahankan keadaan tubuh selama menjalankan berbagai aktivitas di sana.
Mengisi Pengajian di Nanjing
Salah satu kegiatan di sela-sela aktivitas utama kunjungan saya ke China adalah mengisi kajian agama di hadapan anggota PCIM (Pimpinan Cabang Istmewa Muhammadiyah) Tiongkok Region Nanjing, yang dalam kenayataannya dihadiri pula oleh berbagai komunitas muslim Nanjing seperti Komunitas Khusnul Khatimah. Nampaknya panitia telah merancang kegiatan ini sejak jauh hari sebelum kedatangan saya ke China, terbukti beredar meme publikasi melalui medsos beberapa waktu sebelum saya mengisi pengajian ini. Untuk kali ini saya lebih berperan sebagai Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berkewajiban melakukan sosialisasi Fiqih Informasi seperti tema yang disodorkan kepada saya.
Perlu diketahui bahwa pada awal 2019, Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menerbitkan versi awal buku Fiqih Informasi sebagai pedoman umat Islam khususnya warga Muhammadiyah dalam mengelola informasi. Kebetulan panitia meminta saya mengisi kajian dengan tema tersebut, sehingga momentum ini saya gunakan sebagai media sosialisasi fiqih informasi yang telah diterbitkan agar umat Islam dalam mengelola informasi (menerima, menyimpan, memroses, dan menyebarkuaskannya) dapat memberikan manfaat bagi kemajuan peradaban manusia.
Mengisi kajian Fiqih Informasi di kota Nanjing
Pengajian dilaksanakan menjelang berbuka puasa di salah satu hotel di kota Nanjing. Alhamdulillah sore itu antusiasme peserta sangat tinggi dalam mengikuti kajian walaupun mereka datang dari tempat-tempat yang jauh. Selain saya, pengajian juga menghadirkan Ir. Endi Syaiful Alim, M.Sc. (Ketua PCIM Tiongkok), salah satu kandidat doktor yang sedang menempuh program Ph.D. di China. Sebelum ke China, Pak Endi adalah salah satu Dekan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), dan saya pernah bertemu beliau beberapa tahun yang lalu (lebih dari 10 tahun yang lalu) di kampusnya saat Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah (MPI PPM) menyelenggarakan kegiatan di UHAMKA. Kajian dipandu oleh pak Muh. Aziz, M.Cs (dosen Teknik Informatika UAD salah satu kandidat doktor Universitas Hohai, China). Direktur Program Internasional UAD pak Dr. Dwi Santoso nampak pula hadir setia menemani saya selama bertugas di China.
PCIM Tiongkok Region Nanjing yang diketuai pak Muh. Aziz dengan pengurus lain seperti pak Sularso, pak Dani Fadilah, pak Andri Pranolo, pak Zalik Nuryana, pak Aziz Ikhsanudin, dan bu Lolita, bu Nissa bu Tarnoto, serta bu Rudy Yuniawati, terasa menjadi organ Muhammadiyah yang aktif dalam menggerakkan dakwah di luarnegeri dengan berbagai aktivitasnya. Situasi seperti inilah sesungguhnya yang merupakan harapan pimpinan UAD, yakni para dosen yang sedang bertugas menempuh studi lanjut di luar negeri senantiasa menjadi pioner dakwah dengan menginisiasi dan menggerakkan pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah di tempat mereka menempuh studi.
Progress Check Studi Lanjut S3
Sebelum melaksanakan aktivitas pokok menjalin kerjasama dengan dengan beberapa perguruan tinggi di negara tirai bambu tersebut, saya berkesempatan melakukan progress check kemajuan belajar dosen-dosen UAD yang sedang menempuh studi doktor di sana. Pada tahun 2019 tercatat 16 orang UAD sedang studi S2 & S3 di China yakni:(1) Sularso-PGSD (Nanjing University of the Art); (2) Dani Fadilah-Ilmu Komunikasi (Nanjing Normal University); (3) Muhammad Aziz-Teknik Informatika (Hohay University, Nanjing); (4) Satrianawati-PGSD (Harbin Normal University); (5) Rifky Dora Wijayati-Pendidikan Bahasa Inggris (Southwest University, Chongqing); (6) Arum Priadi-Pendidikan Bahasa Inggris (Central China Normal University, Wuhan); (7) Sucipto-Pendidikan Bahasa Inggris (Central China Normal University, Wuhan); (8) Zalik Nuryana-Pendidikan Agama islam (Nanjing Normal University); (9) Andri Pranolo-Teknik Informatika (Hohay University, Nanjing); (10) Anang Masduki-Ilmu Komunikasi (Shanghai University); (11) Nissa Tarnoto-psikologi (Nanjing Normal University); (12) Rudy Yuniawati-Pasikologi (Nanjing Normal University); (3) Aziz Ikhsanudin-Farmasi (China Pharmatical University); (14) Lolita (Nanjing Medical University); (15) Adhita Sri Prabakusuma-Teknologi Pangan (Yunnan Agriculture University); dan (16) Nurun Isnaini-Staf KUI (Northwestern Polytechnical University).
Buka puasa bersama sekaligus progress check kemajuan belajar S3 di Asrama Mahasiswa Nanjing Normal University
Secara umum, kemajuan belajar dosen-dosen UAD yang sedang menempuh studi S3 di China cukup baik, beberapa di antaranya memang masih harus menempuh ujian bahasa China sampai pada level tertentu, namun sebagian besar telah melewati fase tersebut sehingga telah memasuki kelas-kelas kuliah sesuai disiplin ilmu yang dipilih, dan bahkan di antaranya telah mulai bimbingan proposal disertasi dengan supervisornya.
Berkunjung ke Masjid-masjid di Nanjing
Saya juga berkesempatan mengunjungi dua masjid di kota Nanjing. Masjid pertama yang saya kunjungi adalah masjid Jingjue (净觉寺) di daerah Qihuai, Nanjing. Merujuk Wikipedia diperoleh informasi bahwa masjid ini dibangun atas perintah Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming pada tahun 1388. Selama pemerintahan Kaisar Xuande, Zheng He mengimbau agar masjid menjalani renovasi sebelum pelayarannya yang membuat total masjid menjadi 2,6 hektar. Sejak itu, masjid telah dihancurkan dan dibangun kembali beberapa kali, dengan struktur saat ini dibangun pada akhir Dinasti Qing dan wilayahnya telah berkurang menjadi 0,4 hektar. Pada 2007, masjid tersebut mengalami perbaikan dan renovasi dengan dukungan pemerintah kota Nanjing. Selanjutnya, pada tahun 2014, pemerintah menambahkan sekolah dasar yang berdekatan ke area masjid.
Masjid Jingjue (净觉寺) di Nanjing
Oleh karena masjid ini merupakan peninggalan Laksamana Cheng Ho atau Zheng He (鄭和), maka bentuk bangunannya mirip dengan bangunan-bangunan masjid peninggalan laksamana tersebut yang ada di Indonesia. Menjelang keluar dari arena masjid, kami sempat bersilaturahmi dengan ketua takmir masjid Al-Jingjue yang merupakan penduduk asli kota Nanjing.
Sesaat setelah silaturahmi dengan Ketua Takmi Masjid Jingjue (净觉寺) di Qihuai, Nanjing
Saya juga sempat mengikuti sholat jumat di masjid kedua yang saya kunjungi yakni Masjid Jizhaoying (吉兆营清真寺). Dari Wikipedia diperoleh informasi bahwa masjid ini telah berdiri sebelum tahun 1912 dan pada tahun 1987, masjid mengalami renovasi dengan dana yang dikumpulkan oleh Perkumpulan Islam Urban di Nanjing.
Suasana di dalam Masjid Jizhaoying (吉兆营清真寺) dan luar masjid setelah selesai sholat Jumat
Saat saya berkunjung ke masjid ini di Nanjing, sedang berkembang opini di negara kita bahwa pemerintah China mempersulit pelaksanaan ibadah kaum muslimin. Namun, keadaan di lapangan sangat berbeda dengan opini yang berkembang, saya merasa nyaman dalam melaksanakan rangkaian kegiatan sholat jumat di masjid Jizhaoying (吉兆营清真寺) ini, dan tidak terlihat sama sekali aparat keamanan yang menjaga sudut-sudut masjid apalagi melakukan intervensi mempersulit ibadah.
Selama tahun 2018, beberapa wilayah di Indonesia dilanda bencana gempa bumi dan tsunami termasuk pulau Lombok khususnya di Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur, serta Sulawesi khususnya di kota Palu, Donggala dan Sigi. Sebagai amal usaha Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pendidikan tinggi dengan misi tri dharma PT, dan salah satu dari misi itu adalah pengabdian kepada masyarakat, UAD memiliki tanggung jawab moral untuk membantu meringankan beban korban bencana tersebut.
Bantuan HUNTARA dan Paket Sembako Untuk Korban Gempa Lombok
Pada tanggal 5 sampai dengan 7 Oktober 2018 Tim Peduli Lombok UAD yang terdiri atas: Rektorat (Rektor, saya selaku WR I, dan WR III), Kepala Kantor UAD, Kepala LPSI, dan staf HUMAS UAD, bertolak ke pulau Lombok untuk menyampaikan bantuan dari sivitas akademika UAD bagi korban gempa, sekaligus memberikan motivasi kepada para relawan psikososial UAD yang telah diterjunkan sebelumnya.
Tim Peduli Lombok UAD
Karena hunian sementara (HUNTARA) dipandang merupakan kebutuhan vital yang harus segera direalisasikan, maka salah satu bantuan yang diberikan UAD berupa fasilitas ini. Secara simbolis, bantuan diserahkan melalui Pimpinan Wilayah Muhammadiyah NTB di ruang rektorat Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), dan selanjutnya akan dikoordinasikan dengan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) untuk diimplementasikan dalam bentuk HUNTARA.
Penyerahan bantuan 20 HUNTARA bagi korban gempa dari Rektor UAD ke PWM NTB
Hari pertama rombongan UAD berkunjung ke dusun Lekok dan dusun Lading-lading. Kedua dusun di Lombok Utara ini menderita dampak gempa bumi sangat parah, banyak hunian warga yang runtuh rata dengan tanah, sehingga untuk sementara warga ditempatkan di tenda-tenda darurat yang disiapkan oleh BNPB dan MDMC.
Beberapa lokasi hunian yang runtuh akibat gempa bumi di Dusun Lekok Kabupaten Lombok Utara
Agar masyarakat tetap istiqomah dalam menjalankan ibadahnya dan tetap semangat serta sabar dalam menerima musibah gempa bumi, setelah memberikan bantuan HUNTARA, rektor UAD memberikan motivasi kepada masyarakat dusun Lekok korban gempa.
Rektor memberikan pesan-pesan kepada korban gempa Lombok
Menurut MDMC, HUNTARA merupakan bangunan sementara yang diperkirakan dapat bertahan fisiknya selama 2 tahun. Para korban gempa , masing-masing keluarga oleh MDMC ditempatkan ke dalam bangunan sementara ini, dan setelah 2 tahun mereka diharapkan dapat dipindah ke hunian permanen yang disiapkan oleh pemerintah.
Contoh HUNTARA yang dikembangkan oleh MDMC di Lombok
Selain itu, oleh karena bahan makanan pokok masih sangat dibutuhkan oleh para korban, mengiringi bantuan HUNTARA, UAD juga memberikan bantuan paket sembako sebanyak 500 paket.
Penyampaian paket sembako oleh Wakil Rektor I UAD untuk korban gempa di Dusun Lekok Kabupaten Lombok Utara
Gempa bumi di Lombok selain menghancurkan berbagai infrastruktur dan bangunan hunian warga, juga merusak fasilitas sekolah dari gedung sampai fasilitas belajar mereka. Melalui kesempatan ini, UAD juga menyampaikan bantuan paket peralatan sekolah kepada anak-anak sebanyak 500 paket dan secara simbolik dilakukan oleh Wakil Rektor III UAD.
Penyerahan secara simbolik paket peralatan sekolah untuk korban gempa di Lombok Utara oleh Wakil Rektor III UAD
Pada kesempatan berkunjung ke dusun Lading-lading, daerah selain Lokek dengan dampak gempa sangat parah, kami menjumpai kerusakan yang begitu masif melanda daerah ini. Sebuah masjid yang semula berdiri megah, hantaman gempa telah meratakan bangunan ini dengan tanah. Agar masyarakat tetap dapat menjalankan ibadahnya, MDMC telah membangun masjid sementara di lokasi ini.
Video evakuasi korban runtuhnya masjid di Lading-lading
Masjid sementara Lading-lading yang dibangun MDMC digunakan untuk menerima rombongan UAD oleh Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat
Selain itu, MDMC juga telah membangun beberapa HUNTARA dan mendirikan RS Lapangan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga di Lading-lading.
RS Lapangan Lading-lading yang didirikan oleh MDMC dan LAZIZMU (saya bersama Ketua KPID NTB: Yusron Saudi, M.Pd.-Alumni Teknik Elektro UAD)
Selain membantu pengadaan HUNTARA, di Dusun Lading-lading UAD juga menyerahkan bantuan perangkat sekolah kepada warga khususnya anak-anak.
Penyerahan secara sembolis perangkat sekolah kepada anak-anak Lading-lading korban gempa oleh Rektor UAD
UAD juga menerjunkan relawan mahasiswa psikososial yang bertugas mendampingi anak-anak agar mentalnya tetap terjaga, sehingga tetap memiliki motivasi yang tinggi untuk tetap bersekolah.
Anak-anak korban gempa memperoleh pendampingan dari relawan psikososial mahasiswa UAD
Hari kedua, rombongan UAD berkunjung ke lokasi korban gempa di Kabupaten Lombok Timur. Kunjungan kami ke dusun Batuyang menemukan kondisi beberapa bangunan yang sangat parah dan salah satunya adalah amal usaha Muhammadiyah/Aisyiyah.
Salah satu lokasi korban gempa di Batuyang Lombok Timur
Demikian pula ketika kami mengunjungi dusun Pohgading, situasi dan kondisinya sangat memprihatinkan, banyak hunian warga dan bangunan amal usaha Muhammadiyah yang roboh terkena dampak gempa bumi. Kehadiran rombongan UAD di kedua dusun tersebut masih terbatas memberikan bantuan sementara seperti HUNTARA, paket sembako dan peralatan sekolah anak-anak.
Rombongan UAD bersama masyarakat Pohgading dan relawan psikososial sesaat setelah penyerahan bantuan korban gempa
Sebelum kembali ke Mataram, rombongan UAD diterima Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Propinsi NTB Yusron Saudi, M.Pd. (alumni Teknik Elektro UAD) di rumah orangtuanya di Dusun Pohgading Lombok Timur.
Singgah di homeland Ketua KPID Propinsi NTB
Dalam bincang-bincang ringan dan silaturahmi kami menemukan fakta ternyata ibunda dari Pak Yusron sudah 2 bulan lebih semenjak terjadinya gempa bumi, setiap malam tidur di dalam tenda di luar rumah, sehingga kami memberikan saran agar dapat kembali ke dalam rumah karena gempa sudah berkurang. Namun, malam harinya pukul 2 dinihari saat kami telah kembali ke Mataram, gempa kembali mengguncang Lombok Timur dengan 5,1 skala richter, sehingga kami mendengar ibu tersebut semakin tidak mau untuk kembali tidur di rumah. Fenomena trauma pasca gempa seperti ini masih melanda di sebagian masyarakat Lombok, oleh sebab itu peran relawan psikososial masih sangat diperlukan untuk mengkondisikan agar kehidupan masyarakat di sana normal kembali.
UAD Peduli Palu
Beberapa bulan setelah melanda pula Lombok, gempa bumi dengan dampak yang lebih besar (karena diikuti dengan tsunami) melanda Sulawesi khususnya di kota Palu, Donggala dan Sigi. Pada tanggal 24 sampai dengan 26 November 2018, pimpinan UAD bertolak ke lokasi gempa di Palu untuk memberikan bantuan. Sebelum berangkat ke lokasi gempa, kami menugaskan terlebih dahulu Kepala Pusat Studi Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Universitas Ahmad Dahlan (PSMPB-UAD) Ibu Dholina Inang Pambudi, M. Pd. untuk melakukan survei awal ke Palu mengidentifikasi lokasi-lokasi yang perlu kami kunjungi dan sekaligus berkoordinasi dengan ibu Dr. Rahmawati Husein dari MDMC dalam pengaturan penyampaian bantuan.
Setibanya di kota Palu, kami singgah terlebih dahulu di Universitas Muhammadiyah Palu untuk silaturahmi dan bincang-bincang tentang perkembangan PTM dan keadaan kampus pasca gempa dengan rektorat setempat. Selanjutnya kami menuju ke salah satu lokasi korban gempa yakni daerah Pantoloan yang menjadi salah satu sasaran binaan MDMC.
Bersama rektorat UNISMUH Palu sebelum berkunjung ke lokasi gempa
Bantuan UAD untuk musibah gempa bumi di Palu diwujudkan dalam bentuk biaya pembangunan HUNTARA sebanyak 20 buah, diserahkan oleh rektor UAD kepada perwakilan MDMC ibu Dr. Rahmawati Husein
Penyerahan bantuan HUNTARA oleh rektor UAD kepada MDMC di Pantoloan Palu
Selama dalam perjalanan kami ke lokasi gempa, terlihat dampak gempa bumi dan tsunami di Palu sangat masif. Kami menjumpai sebuah kapal dengan tonase sangat besar terdampar di perairan dangkal, sebuah kapal penumpang mendarat di perkampungan, masjid yang tinggal menaranya saja dan satu-satunya bangunan yang utuh di sebuah perkampungan yang terkena gempa.
Beberapa dampak gempa di Palu
Selain itu, masyarakat di sana khususnya anak-anak juga masih belum stabil keadaan mentalnya akibat trauma pasca bencana, oleh sebab itu, UAD juga mengirim relawan psikososial sebanyak 11 orang dan relawan logistik dari mahasiswa sebanyak 3 orang selama dua bulan. Setiap setengah bulan sekali, secara bergantian UAD juga mengirim relawan apoteker dari unsur dosen.
Bersama relawan psikososial UAD dan anak-anak korban gempa di Pantoalan Palu
Mengakhiri kunjungan ke Palu, kami sempat singgah di lokasi terjadinya tsunami dengan dampak sangat parah. Tempat wisata di tepi pantai yang semula sangat asri dengan berdirinya masjid apung, hantaman tsunami telah meruntuhkan bangunan masjid sehingga bagian alasnya tenggelam ke pantai.
Tsunami mengancurkan fondasi sehingga bangunan masjid apung runtuh ke laut (bersama WR 3-Dr. Abdul Fadlil, M.T., Kepala Kantor-Dr. Hadi Suyono, Kepala PSMPB-Dholina Inang Pambudi, M. Pd, dan staf Humas-Sule Subaweh)
Sekalipun bantuan yang diberikan oleh UAD tidak sebanding dengan besarnya penderitaan masyarakat korban gempa, namun kami berharap kepedulian ini dapat membangkitkan rasa empati di antara kita kepada para korban gempa dan sekaligus menumbuhkan spirit “migunani tumrap liyan” atau bermanfaat bagi sesama. Wallahu a’lam
Visi UAD adalah menjadi perguruan tinggi Muhammadiyah berkelas internasional berlandaskan nilai-nilai islam. Kata kunci “berkelas internasional” dapat dipahami sebagai internationally recognized university, sehingga visi ini dapat tercapai ketika UAD telah mendapatkan pengakuan secara internasional terhadap program-program pendidikan yang diselenggarakannya. Salah satu usaha untuk mencapai visi ini adalah dengan menyelenggarakan program kuliah kerja nyata internasional. Kegiatan ini diselenggarakan dengan mengirim para mahasiswa UAD ke luar negeri untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat di sana. Program ini dinamakan KKN Internasional, dan untuk pertama kalinya, penerjunan pesertanya dilaksanakan di Thailand dan Filipina pada bulan Agustus 2013.
Pada 22 September 2013, saya diberi tugas oleh rektor UAD untuk menarik mahasiswa peserta KKN Internasional dari Kota Naga di Filipina Selatan. Pelaksanaan KKN ini difasilitasi oleh universitas mitra kerjasama UAD yakni NCU (Nueva Caceres University). Saya sempat bertemu dengan salah satu dekan di NCU yakni Dr. Emma yang telah memberikan bimbingan dan berbagai bantuan lainnya kepada para mahasiswa UAD.
Bersama Dr. Emma (NCU) dan mahasiswa KKN Internasional di Naga City Filipina
Sebelum kembali ke Indonesia, pada 23 September 2013 saya diundang oleh Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP, atase Pendidikan, Kedutaan Besar Indonesia di Filipina, untuk hadir di Kedubes RI di Manila. Menurut Bu Paris, pihak KEDUBES RI memandang bahwa program KKN Internasional UAD sangat bermanfaat bagi pengembangan masyarakat di Filipina. Pihak KEDUBES RI di Filipina sangat berharap UAD akan mengirim kembali para mahasiswanya ke Filipina untuk program pemberdayaan masyarakat di sana.