Untuk kali keempat, pada 15 s.d. 20 Mei 2019, saya mengunjungi kembali daratan China. Kebetulan saat itu masih dalam suasana bulan puasa Romadhon 1440 H, sehingga diperlukan effort yang agak besar untuk mempertahankan keadaan tubuh selama menjalankan berbagai aktivitas di sana.
Mengisi Pengajian di Nanjing
Salah satu kegiatan di sela-sela aktivitas utama kunjungan saya ke China adalah mengisi kajian agama di hadapan anggota PCIM (Pimpinan Cabang Istmewa Muhammadiyah) Tiongkok Region Nanjing, yang dalam kenayataannya dihadiri pula oleh berbagai komunitas muslim Nanjing seperti Komunitas Khusnul Khatimah. Nampaknya panitia telah merancang kegiatan ini sejak jauh hari sebelum kedatangan saya ke China, terbukti beredar meme publikasi melalui medsos beberapa waktu sebelum saya mengisi pengajian ini. Untuk kali ini saya lebih berperan sebagai Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berkewajiban melakukan sosialisasi Fiqih Informasi seperti tema yang disodorkan kepada saya.
Perlu diketahui bahwa pada awal 2019, Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menerbitkan versi awal buku Fiqih Informasi sebagai pedoman umat Islam khususnya warga Muhammadiyah dalam mengelola informasi. Kebetulan panitia meminta saya mengisi kajian dengan tema tersebut, sehingga momentum ini saya gunakan sebagai media sosialisasi fiqih informasi yang telah diterbitkan agar umat Islam dalam mengelola informasi (menerima, menyimpan, memroses, dan menyebarkuaskannya) dapat memberikan manfaat bagi kemajuan peradaban manusia.
Mengisi kajian Fiqih Informasi di kota Nanjing
Pengajian dilaksanakan menjelang berbuka puasa di salah satu hotel di kota Nanjing. Alhamdulillah sore itu antusiasme peserta sangat tinggi dalam mengikuti kajian walaupun mereka datang dari tempat-tempat yang jauh. Selain saya, pengajian juga menghadirkan Ir. Endi Syaiful Alim, M.Sc. (Ketua PCIM Tiongkok), salah satu kandidat doktor yang sedang menempuh program Ph.D. di China. Sebelum ke China, Pak Endi adalah salah satu Dekan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), dan saya pernah bertemu beliau beberapa tahun yang lalu (lebih dari 10 tahun yang lalu) di kampusnya saat Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah (MPI PPM) menyelenggarakan kegiatan di UHAMKA. Kajian dipandu oleh pak Muh. Aziz, M.Cs (dosen Teknik Informatika UAD salah satu kandidat doktor Universitas Hohai, China). Direktur Program Internasional UAD pak Dr. Dwi Santoso nampak pula hadir setia menemani saya selama bertugas di China.
PCIM Tiongkok Region Nanjing yang diketuai pak Muh. Aziz dengan pengurus lain seperti pak Sularso, pak Dani Fadilah, pak Andri Pranolo, pak Zalik Nuryana, pak Aziz Ikhsanudin, dan bu Lolita, bu Nissa bu Tarnoto, serta bu Rudy Yuniawati, terasa menjadi organ Muhammadiyah yang aktif dalam menggerakkan dakwah di luarnegeri dengan berbagai aktivitasnya. Situasi seperti inilah sesungguhnya yang merupakan harapan pimpinan UAD, yakni para dosen yang sedang bertugas menempuh studi lanjut di luar negeri senantiasa menjadi pioner dakwah dengan menginisiasi dan menggerakkan pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah di tempat mereka menempuh studi.
Progress Check Studi Lanjut S3
Sebelum melaksanakan aktivitas pokok menjalin kerjasama dengan dengan beberapa perguruan tinggi di negara tirai bambu tersebut, saya berkesempatan melakukan progress check kemajuan belajar dosen-dosen UAD yang sedang menempuh studi doktor di sana. Pada tahun 2019 tercatat 16 orang UAD sedang studi S2 & S3 di China yakni:(1) Sularso-PGSD (Nanjing University of the Art); (2) Dani Fadilah-Ilmu Komunikasi (Nanjing Normal University); (3) Muhammad Aziz-Teknik Informatika (Hohay University, Nanjing); (4) Satrianawati-PGSD (Harbin Normal University); (5) Rifky Dora Wijayati-Pendidikan Bahasa Inggris (Southwest University, Chongqing); (6) Arum Priadi-Pendidikan Bahasa Inggris (Central China Normal University, Wuhan); (7) Sucipto-Pendidikan Bahasa Inggris (Central China Normal University, Wuhan); (8) Zalik Nuryana-Pendidikan Agama islam (Nanjing Normal University); (9) Andri Pranolo-Teknik Informatika (Hohay University, Nanjing); (10) Anang Masduki-Ilmu Komunikasi (Shanghai University); (11) Nissa Tarnoto-psikologi (Nanjing Normal University); (12) Rudy Yuniawati-Pasikologi (Nanjing Normal University); (3) Aziz Ikhsanudin-Farmasi (China Pharmatical University); (14) Lolita (Nanjing Medical University); (15) Adhita Sri Prabakusuma-Teknologi Pangan (Yunnan Agriculture University); dan (16) Nurun Isnaini-Staf KUI (Northwestern Polytechnical University).
Buka puasa bersama sekaligus progress check kemajuan belajar S3 di Asrama Mahasiswa Nanjing Normal University
Secara umum, kemajuan belajar dosen-dosen UAD yang sedang menempuh studi S3 di China cukup baik, beberapa di antaranya memang masih harus menempuh ujian bahasa China sampai pada level tertentu, namun sebagian besar telah melewati fase tersebut sehingga telah memasuki kelas-kelas kuliah sesuai disiplin ilmu yang dipilih, dan bahkan di antaranya telah mulai bimbingan proposal disertasi dengan supervisornya.
Berkunjung ke Masjid-masjid di Nanjing
Saya juga berkesempatan mengunjungi dua masjid di kota Nanjing. Masjid pertama yang saya kunjungi adalah masjid Jingjue (净觉寺) di daerah Qihuai, Nanjing. Merujuk Wikipedia diperoleh informasi bahwa masjid ini dibangun atas perintah Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming pada tahun 1388. Selama pemerintahan Kaisar Xuande, Zheng He mengimbau agar masjid menjalani renovasi sebelum pelayarannya yang membuat total masjid menjadi 2,6 hektar. Sejak itu, masjid telah dihancurkan dan dibangun kembali beberapa kali, dengan struktur saat ini dibangun pada akhir Dinasti Qing dan wilayahnya telah berkurang menjadi 0,4 hektar. Pada 2007, masjid tersebut mengalami perbaikan dan renovasi dengan dukungan pemerintah kota Nanjing. Selanjutnya, pada tahun 2014, pemerintah menambahkan sekolah dasar yang berdekatan ke area masjid.
Masjid Jingjue (净觉寺) di Nanjing
Oleh karena masjid ini merupakan peninggalan Laksamana Cheng Ho atau Zheng He (鄭和), maka bentuk bangunannya mirip dengan bangunan-bangunan masjid peninggalan laksamana tersebut yang ada di Indonesia. Menjelang keluar dari arena masjid, kami sempat bersilaturahmi dengan ketua takmir masjid Al-Jingjue yang merupakan penduduk asli kota Nanjing.
Sesaat setelah silaturahmi dengan Ketua Takmi Masjid Jingjue (净觉寺) di Qihuai, Nanjing
Saya juga sempat mengikuti sholat jumat di masjid kedua yang saya kunjungi yakni Masjid Jizhaoying (吉兆营清真寺). Dari Wikipedia diperoleh informasi bahwa masjid ini telah berdiri sebelum tahun 1912 dan pada tahun 1987, masjid mengalami renovasi dengan dana yang dikumpulkan oleh Perkumpulan Islam Urban di Nanjing.
Suasana di dalam Masjid Jizhaoying (吉兆营清真寺) dan luar masjid setelah selesai sholat Jumat
Saat saya berkunjung ke masjid ini di Nanjing, sedang berkembang opini di negara kita bahwa pemerintah China mempersulit pelaksanaan ibadah kaum muslimin. Namun, keadaan di lapangan sangat berbeda dengan opini yang berkembang, saya merasa nyaman dalam melaksanakan rangkaian kegiatan sholat jumat di masjid Jizhaoying (吉兆营清真寺) ini, dan tidak terlihat sama sekali aparat keamanan yang menjaga sudut-sudut masjid apalagi melakukan intervensi mempersulit ibadah.
Salam pesahabatan dunia.
Terima kasih atas informasinya.
#Alika: Terimakasih atas kunjungannya