Pada Muktamar di Makasar tahun 2015 yang lalu, Muhammadiyah telah menetapkan internasionalisasi persyarikatan menjadi program kerja periode ini dan salah satu implementasinya adalah memperkenalkan konsep Islam Berkemajuan (Islam with Progress) kepada masyarakat internasional. Pada Jumat 16 Februari 2018 (hari ke-2 kunjungan saya ke Australia), saya berkesempatan meliput aktivitas Dr. Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam menyampaikan public lecture di Monash University. Pak Haedar membawakan kuliah tentang Persyarikatan Muhammadiyah dan Islam Berkemajuan di Indonesia.
Public lecture Ketua Umum PP Muhammadiyah dihadiri para peneliti, peminat kajian Indonesia, mahasiswa Indonesia di Australia, serta para pimpinan Monash University
Moderator kuliah umum ini adalah, Dr. Julian Mille dengan interpreter Dwi Santoso, Ph.D. doktor lulusan La Trobe University, Melbourne, yang sehari-hari menjadi Direktur Program Internasional UAD. Dalam pengantarnya, moderator acara menyampaikan bahwa forum ini diadakan dalam upaya menyebarluaskan gagasan dan pandangan Islam berkemajuan ke seluruh dunia. “Wajah Islam yang ditampilkan Muhammadiyah telah menarik pandangan banyak kalangan. Terutama gagasan Islam with Progress atau Islam Berkemajuan,”
Uraian berikut ini adalah intisari kuliah umum Pak Haedar di Monash University yang ditulis oleh redaksi Suara Muhammadiyah dengan sisipan gambar-gambar pemotretan yang saya lakukan langsung di lokasi.
Haedar menyampaikan, dalam pandangan Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk membangun peradaban yang utama dan menjadi rahmat bagi semesta. Inilah yang disebut Islam Berkemajuan atau din al-Hadlarah.
“Kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam seluruh dimensi kehidupan, yang melahirkan peradaban utama sebagai bentuk peradaban alternatif yang unggul secara lahiriah dan ruhaniah,” ujar Haedar.
Situasi public lecture Ketua Umum PP Muhammadiyah di Monash University
Menurutnya, Islam yang berkemajuan itu menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. “Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan,” ujar Haedar.
Sesi tanya jawab dengan peserta
Islam Progressif atau Islam berkemajuan, kata Haedar, adalah Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. dan Muhammadiyah berkomitmen atas itu. “Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan,” tuturnya.
Respons terhadap pertanyaan peserta oleh Pak Haedar
Dalam pandangan Haedar, Islam di Indonesia hadir secara damai, sehingga diterima luas. “Islam di negeri kepulauan Nusantara ini hadir secara damai, berkarakter moderat, dan berkembang menjadi muslim terbesar di dunia,” ungkapnya.
Makalah lengkap kuliah umum Pak Haedar Nashir di Monash University dapat dilihat di link ini: http://www.suaramuhammadiyah.id/2018/02/16/muhammadiyah-dan-kehadiran-islam-berkemajuan-di-indonesia/
Fasilitator kegiatan ini adalah Mas Agus Mutohar (kandidat doktor Monash University) dan didukung oleh ATDIKBUD Pak Imran Hanafi. Beberapa hari sebelum saya berangkat ke Australia, pihak TVMU (televisi milik Muhammadiyah) meminjami peralatan untuk live streaming agar saya lebih mudah dalam meliput kegiatan pak Haedar di Australia. Semula direncanakan liputan saya akan disiarkan oleh stasiun TVMU di Jakarta. Namun karena kendala-kendala teknis, siaran langsung tidak jadi diselenggaakan dan sebagai gantinya acara disiarkan lewat kanal Youtube. Dalam menyelenggarakan live streaming ini saya dibantu oleh Mas Hidayatullah Yunus, salah seorang mahasiswa program master Universitas Monash dan sekaligus sebagai anggota PCIM Australia. Bahkan, siaran live streaming dilakukan dengan menggunakan kanal Youtube milik kandidat master asal Pinrang Sulawesi Selatan ini.
Hidayatullah Yunus ikut membantu siaran live streaming menggunakan kanal Youtube nya
Tayangan video selengkapnya dapat dilihat di kanal Youtube ini: https://www.youtube.com/watch?v=ML58Nw6_sds&t=43s
Terimakasih kepada: Bapak Imran Hanafi (ATDIKBUD), Mas Agus Mutohar, dan Mas Hidayatullah Yunus.
Link terkait:
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (1): Penandatanganan MoU Perguruan Tinggi Muhammadiyah dengan Monash University
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (2): UAD Bergabung Membangun “Muhammadiyah Australian College”
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (3): “Public Lecture” Ketua Umum PP Muhammadiyah di Monash University
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (4): Siaran Islam Berkemajuan di Radio SBS Australia
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (5): Pengajian Ketua Umum PP Muhammadiyah di Masjid Westall Melbourne
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (6): Pelantikan PCI-IMM di Canberra oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (7): Menjadi Tamu Atdikbud Canberra
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (8): Penjajagan Kerjasama UAD dan Universitas Canberra
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (9): Kajian Spirit Religiusitas Dalam Berbangsa dan Bernegara di Kedubes RI Canberra
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (10): Inisiasi Kerjasama UAD dan “Public Lecture” Ketua Umum PP Muhammadiyah di Universitas Qeensland Brisbane