Pada hari ketiga (Sabtu 17 Februari 2018) kunjungan ke Australia, saya bersama Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. dan Pak Dwi Santoso, Ph.D. serta diantar Mas Agus Muthohar (mahasiswa program doktor Monash University) mendampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir melaksanakan wawancara siaran langsung tentang Islam Berkemajuan di Radio SBS Station Melbourne. Wawancara diberikan oleh Mbak Sri Dean dari pihak SBS Station dan berlangsung lebih dari satu jam tayang. Melalui wawancara ini kesalahpahaman masyarakat internasional terhadap implementasi ajaran Islam dalam ranah kehidupan sosial, politik dan bernegara berusaha diluruskan.
Mendampingi dan meliput wawancara live Pak Haedar Nashir di SBS Station Melbourne
Ringkasan hasil wawancara siaran radio Ketua Umum PP Muhammadiyah di SBS Station Melbourne telah dibuat oleh redaksi Suara Muhammadiyah seperti berikut ini dengan saya sisipi foto-foto dan video hasil pengambilan langsung dari lokasi.
Di sela lawatannya ke Australia, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sempat menjadi narasumber dalam program talkshow di radio SBS Station Melbourne. Dalam acara yang berlangsung pada Sabtu, 17 Februari 2018, pukul 09.00-11.00 waktu setempat itu, Haedar diwawancari seputar tema kebangsaan, terutama yang berkaitan dengan umat Islam di Indonesia.
Sri Dean dari SBS Station Melbourne Mewawancarai Pak Haedar Nashir
Dalam paparannya, Haedar menyebut bahwa bangsa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju. Segenap potensi yang dimilikinya harus senantiasa dioptimalkan bersama. Sehingga bangsa Indonesia yang besar dan kaya sumber daya tidak kehilangan momentum meraih kemajuan.
Di saat menghadapi ragam masalah, Haedar mengajak segenap elemen bangsa untuk menghadapinya secara dewasa. “Bangsa yang besar itu bukanlah bangsa yang tanpa masalah, tetapi bangsa yang bisa menyelesaikan masalahnya secara elegan, cerdas dan rasional,” tuturnya.
Situasi wawancara live di SBS Radio, Melbourne
Haedar mecontohkan permasalahan semisal ketika belakangan menghadapi kasus penyerangan tokoh agama dan rumah ibadah. Menurutnya, dalam hal ini, polisi harus bertindak tegas, karena termasuk dalam domain kerja kepolisian untuk mengusut dan menindak siapa pun pelakunya.
“Semua pelaku harus ditindak adil. Syaratnya, pertama, punya bukti yang kuat dan objektif dan kedua, tidak ada politisasi. Silahkan, semua pelaku, tokoh yang masuk ranah hukum harus ditindak, tapi semua harus jujur. Jangan membawa misi lain, selain hukum,” ujarnya. Haedar mengkawatirkan adanya politisasi hukum dan campur tangan pihak tertentu, sehingga hukum tidak berjalan dengan adil dan objektif.
Terkait dengan kasus-kasus politisasi agama, Haedar mengajak segenap masyarakat untuk meningkatkan literasi dan rasionalitas. “Rasionalitas ini perlu kita bangun,” ujarnya. Haedar mencontohkan tentang kasus 212, aksi 212 itu adalah murni penyaluran aspirasi keagamaan yang dilakukan secara demokratis. namun upaya politisasi keagamaan oleh elit tertentu setelah aksi 212 itu, dianggap Haedar, sebagai tindakan yang politis yang tidak ada kaitannya dengan aspirasi umat.
Kasus intoleransi agama, kata Haedar, terjadi di banyak tempat dan tanpa mengenal latar belakang keagamaan tertentu. Namun, media dan media sosial sering seolah mengarahkan pelaku kekerasan agama hanya pada satu kelompok agama tertentu. Misalnya yang diungkap ke public itu penyerangan gereja dan vihara, tapi pembunuhan ustaz dan kiai serta sulitnya pendirian masjid di tempat tertentu sering diabaikan.
Haedar juga sempat menyinggung tentang keberadaan media sosial. “Media sosial itu merupakan instrument baru yang menciptakan psikologi demam. Buat masyarakat. Demam WA, deman facebook. Karena demam, mereka lupa behavior, ada dimensi akhlak dalam agama,” katanya. Merespon fenomena tersebut, MTT PP Muhammadiyah mengeluarkan Fikih Informasi yang di dalamnya turut membahas tentang Fikih Media Sosial. Selain juga MPI PP Muhammadiyah telah mengeluarkan panduan Akhlakul Medsosiyah.
Di media sosial, kata Haedar, ada problem sektarian respon. “Baik agama maupun pandangan kebudayaan setempat sering sensitive terhadap hal-hal yang datang dari luar dan dianggap sensitive,” katanya. Di tengah situasi ini, Haedar menyatakan bahwa masyarakat perlu diberi solusi. Yaitu nilai-nilai agama yang mencerahkan dan mencerdaskan serta mengedepankan rasionalitas.
Setelah selesai siaran, Mbak Sri Dean sebagai reporter sekaligus penyiar radio SBS mengatakan sebenarnya masih ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang Islam with Progress yang digagas Muhammadiyah, tetapi karena waktu siaran diabatasi hanya sekitar 90 menit, maka semua pertanyaan yang telah disiapkan tidak sepenuhnya dapat diajukan. Sebelum meninggalkan studio SBS, Pak Haedar berkenan diambli gambarnya bersama delegasi UAD dan Mas Agus Muthohar di front office studio SBS Station Melbourne.
Pak Haedar Nashir dan delegasi UAD di Front Office studio radio SBS Melbourne
Salam Islam Berkemajuan.
Link terkait:
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (1): Penandatanganan MoU Perguruan Tinggi Muhammadiyah dengan Monash University
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (2): UAD Bergabung Membangun “Muhammadiyah Australian College”
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (3): “Public Lecture” Ketua Umum PP Muhammadiyah di Monash University
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (4): Siaran Islam Berkemajuan di Radio SBS Australia
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (5): Pengajian Ketua Umum PP Muhammadiyah di Masjid Westall Melbourne
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (6): Pelantikan PCI-IMM di Canberra oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (7): Menjadi Tamu Atdikbud Canberra
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (8): Penjajagan Kerjasama UAD dan Universitas Canberra
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (9): Kajian Spirit Religiusitas Dalam Berbangsa dan Bernegara di Kedubes RI Canberra
- Seri Kunjungan ke Australia 2018 (10): Inisiasi Kerjasama UAD dan “Public Lecture” Ketua Umum PP Muhammadiyah di Universitas Qeensland Brisbane
Video wawancara lainnya dapat dilihat melalui link berikut ini.
Sistem hukum dan aparat keamanan harus tegas (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)
Muhammadiyah tetap moderat berada di tengah-tengah dari ekstrim kanan dan ekstrim kiri (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)
Indonesia lebih maju karena pernah memiliki presiden wanita dibanding Amerika yang belum pernah memilikinya (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)
Pak Haedar Nashir berbicara tentang sikap Muhammadiyah terhadap kesetaraan wanita dan pria (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)
Pak Haedar Nashir berpendapat bahwa wanita dan pria memiliki kemuliaan yang sama (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)