bendera australiaDalam rangkaian kunjungan ke Australia 14 s.d. 22 Februari 2018, tanggal 19 Februari 2018, saya dan Direktur Program Internasional UAD Dwi Santoso, Ph.D. mengikuti kunjungan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Rektor UAD ke Universitas Canberra. Rombongan kami diantar oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Imran Hanafi yang sekaligus menjadi fasilitator pertemuan Muhammadiyah/UAD dengan Universitas Canberra. Jadi, rombongan kami ke Universitas Canberra pagi itu terdiri atas Ketua Umum PP Muhammadiyah (Dr. Haedar Nashir), Rektor UAD (Dr. Kasiyarno), Atdikbud Canberra (Imran Hanafi), saya dan Direktur Program Internasional UAD (Dwi Santoso, Ph.D.).

Delegasi Muhammadiyah/UAD di Universitas Canberra diterima oleh Prof. Lawrence Pratchett selaku Pro Vice-Chancellor Students, Partnerships & International (lawrence.pratchett@canberra.edu.au), Prof. Roland Goecke dari Human-Centered Technology Research Center, Faculty of Education, Science, Technology and Mathematics (roland.goecke@canberra.edu.au), dan Dr. Helen Marsden sebagai Graduate . Research Manager (helen.marsden@canberra.edu.au).

uc1

Penerimaan delegasi Muhammadiyah/UAD oleh pihak Universitas Canberra

Pembicaraan antara pihak UAD dan Universitas Canberra sangat konstruktif. Gagasan-gagasan kerjasama dari Rektor UAD maupun Direktur Program Internasional yang ditawarkan memperoleh tanggapan positif.

uc2

Delegasi Muhammadiyah/UAD bersama  Prof. Lawrence Pratchett di Universitas Canberra

Melalui pembicaraan bilateral ini, disepakati kemungkinan-kemungkinan bidang yang dapat dikerjasamakan seperti student exchange, join conference, visiting professor maupun join research. Bahkan, Prof. Roland Goecke dalam bincang-bincang informal dengan saya, secara pribadi siap diundang ke UAD sebagai pembicara dalam join seminar atau join research dalam bidang digital forensic. Hampir sama dengan UAD, Universitas Camberra pada awalnya  berbentuk institut keguruan sehingga sangat kuat dalam bidang pendidikan.

uc-3

Rektor UAD dan Ketua Umum PP Muhammadiyah bersama Wakil Rektor Universitas Canberra

Sebelum dialog kerjasama dilakukan, kami sempat diajak berkeliling ke laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi, dan di sana kami diperkenalkan dengan Dr. Reena Ghildyal (reena.ghildyal@canberra.edu.au) seorang profesor dalam bidang mikrobiologi yang menjelaskan tentang berbagai riset terkait bidang keilmuannya.  Dalam kunjungan ke laboratorium tersebut, kami diperlihatkan beberapa manakin yang menjadi media pembelajaran anatomi manusia.

uc3

Pak Haedar berkesempatan meninjau lab manakin di Universitas Canberra

Memperhatikan hasil pembicaraan penjajagan kerjasama tersebut dan resources yang tersedia di UAD, dalam waktu dekat sangat memungkinkan untuk diimplementasikan kerjasama antara UAD dengan Universitas Canberra dalam bentuk join research untuk bidang biologi, farmasi dan kesehatan. Sementara itu, untuk bidang pendidikan dapat dilaksanakan kegiatan join conference dan student exchange, sedangkan visiting professor untuk bidang fisika.

uc-4

Delegasi Muhammadiyah/UAD bersama Pak Imran Hanafi (Atdikbud) di Universitas Canberra

Dari saat awal tiba di kampus, kami didampingi salah satu dosen Universitas Camberra yang saya lihat sekaligus memerankan fungsi sebagai liaison officer dan fotografer kampus.

uc-5

Bersama liaison officer kampus Universitas Canberra

Saya senang dengan Universitas Canberra karena karakternya mirip dengan UAD sama-sama berawal dari institut keguruan.


Salam persahabatan dunia.

Link Terkait:

 

 

bendera australiaSelama dua malam  yakni 18 dan 19 Februari 2018 rombongan kami (Dr. Haedar Nashir-Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr. Kasiyarno-Rektor UAD, saya dan Dwi Santoso, Ph.D.-Direktur Program Internasional UAD) diterima sebagai tamu oleh Atdikbud Canberra Pak Imran Hanafi.  Selain menjadi fasilitator komunikasi kami dengan pihak Canberra University dan University of Qeensland di Brisbane, Pak Imran Hanafi juga menjadi fasilitator akomodasi kami selama di Canberra. Pak Imran menyediakan penginapan untuk rombongan kami di Wisma Indonesia, bahkan breakfast juga disiapkan sendiri oleh beliau, sehingga kami benar-benar merasa sebagai tamu yang dimuliakan. Sebelum berangkat ke Universty of Canberra untuk mengikuti penjajagan kerjasama Rektor UAD,  dan ke Kedubes RI mendokumentasikan  ceramah Pak Haedar, pagi hari di seputar Wisma Indonesia kami sempat berjalan-jalan bersama Pak Haedar dan Rektor UAD diajak Atdikbud Pak Imran Hanafi keliling wisma.

Situasi di Wisma Indonesia Canberra

Pagi itu kami diajak keliling wisma sambil berolah raga pagi. Kompleks wisma Indonesia ini cukup luas dengan bangunan yang menyediakan kamar-kamar di dalamnya. Pak Atdikbud mengatakan keberadaan kamar-kamar tersebut dimaksudkan untuk menyediakan  fasilitas pendukung  kegiatan kerjasama pendidikan dan kebudayaan antara Indonesia dan Australia. Barangkali suatu saat, UAD dapat mengajukan permohonan ke Atdikbud untuk memperoleh dukungan fasilitas ini ketika melaksanakan implementasi kerjasama dengan Universitas Canberra, misalnya dalam bentuk pengiriman dosen-dosen mengikuti pelatihan IELTS, student mobility atau viiting professor, yang pesertanya dapat ditempatkan di wisma ini.

wisma-indonesia-1

Keliling Wisma Indonesia Canberra bersama Atdikbud Pak Imran Hanafi

Setelah mengikuti acara resmi  Rektor UAD di Universitas Canberra dan sebelum mengikuti pengajian Pak Haedar Nashir di Kedubes RI, kami diajak  berkeliling taman kanguru oleh Atdikbud Pak Imron Hanafi. Salah satu taman kanguru yang terkenal di Canberra adalah Winston Park. Pak Haedar Nashir, Atdikbud dan Pak Rektor UAD sempat turun ke taman untuk sekedar mendokumentasikan momen yang langka ini.

wisma-indonesia-2

Bersama Pak Haedar Nashir, Atdikbud Canberra Pak Imran Hanafi, dan Rektor UAD di Winston Park (Fotografer: Dwi Santoso, Ph.D.)

Terinspirasi oleh tayangan kanal National Geographyc (kanal favorit saya di TV kabel), saya mencoba mendokumentasikan dinamika kanguru di taman Winston Park ini ala kadarnya dengan kamera HP tanpa tripot dan stabilisator, prinsipnya yang penting bahagia.

Kanguru di Winston Park yang sempat saya abadikan

Tanggal 20 Februari 2018 pagi kami bertolak dari Canberra ke Sydney menggunakan kendaraan darat, dan sampai tahap inipun, kami terus didukung oleh Pak Adikbud dengan menyediakan kendaraan  dan driver.

wisma-indonesia-3

Foto perpisahan dengan Atdikbud Pak Imran Hanafi

Terimakasih kepada Pak Imran Hanafi selaku Atdikbud Canberra atas penerimaan yang sangat baik kepada kami selama bertugas di Australia. Selamat bertugas di Canberra semoga diberi kesehatan dan kekuatan untuk membawa Indonesia lebih bertartabat di dunia internasonal.

Salam Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Link terkait:

 

 

bendera australiaTanggal 18 Februari 2018 rombongan kami (Pak Haedar Nashir bersama delegasi UAD terdiri Rektor Dr. Kasiyarno, M.Hum., Dwi Santoso, Ph.D. dan saya) bertolak dari Melbourne ke Canberra, ibukota Australia di Victoria. Kami dijemput Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk Canberra Bapak Imran Hanafi dan staf Kedubes RI. Dari bandara kami langsung menuju ke Wisma Indonesia di daerah O’Malley Canberra dan di sana telah menunggu pengurus dan anggota Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) IMM Australia. Malam itu juga Pak Haedar Nashir langsung melantik pengurus PCIMM Australia dan memberikan kajian Islam Berkemajuan.

pengajian-p-haedar-aussy4

Pak Haedar Nashir dan  Pak Imron Hanafi (Atdikbud) saat Kajian Islam Berkemajuan di Wisma Indonesia Canberra

Berita selengkapnya telah disusun oleh redaksi Suara Muhammadiyah seperti berikut ini.

sm

Suara Muhammadiyah. Ahad malam, 18 Februari 2018, di kediaman Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk Australia (Imran Hanafi), Dr Haedar Nashir, selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melantik berdirinya Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Australia.

pengajian-p-haedar-aussy3

Pak Haedar bersama ATDIKBUD Canberra Pak Imron Hanafi, Delegasi UAD dan Pimpinan Cabang Istimewa IMM Australia

Dalam kesempatan tersebut, Dr Haedar menekankan pentingnya persaudaraan kemanusiaan yang genuine, yang dirajut dengan kekuatan konsolidasi dan kooperasi yang solid. Baginya, visi persaudaraan ini harus termanifestasi dalam pelbagai bidang kehidupan, khususnya kehidupan sosial politik yang saat ini rawan melahirkan polarisasi, fragmentasi dan konflik. Karena itu, dengan visi persaudaraan ini, diharapkan akan menghasilkan kompetisi kebajikan (fastabiq al-khairat), yang menurutnya, adalah sarana untuk membangun peradaban kemanusiaan yang unggul.

Tidak dapat dipungkiri memang, di masa-masa liberalisasi politik saat ini, seluruh kelompok yang ada sedang berusaha menjadi pemenang. Itu berlaku bukan hanya berkisar pada kelompok kanan dan kiri yang ekstrem, tetapi juga kelompok tengahan yang juga tampak mengalami proses kebekuan dan kebuntuan berpikir.

Mereka yang berjuang dengan bendera Islam, yang membawa seragam nasionalisme sekular dan yang mengaku moderat, semuanya mengatasnamakan “demi bangsa Indonesia dan demi kemanusiaan”. Alih-alih melakukan konsolidasi, mereka malah saling menggergaji. Momen-momen penting ini terjadi secara krusial pada Pilkada DKI Jakarta dan diprekdisikan akan semakin sengit pada Pilkada selanjutnya dan Pilpres 2019 mendatang.

Lantas di mana Islam yang berkemajuan? Pertanyaan ini diajukan kepada seluruh anggota PCI IMM Australia dan para hadirin dari pelbagai elemen organisasi keislaman di Canberra, khususnya Australia Indonesia Muslim Foundation-ACT (AIMFACT).

Memang untuk menjawab hal ini, tidaklah mudah. Hanya saja, selama kita berpijak kepada prinsip-prinsip etis di dalam Islam, seperti mengutamakan perdamaian, persaudaraan, kemanusiaan dan keadilan, maka akan mampu menyusun rencana-rencana pembangunan umat jangka panjang. Kerja politik yang ada, tidak boleh sekedar dimaknai sebagai pertarungan perebutan kekuasaan semata-mata, tetapi harus saling bekerjasama untuk pembangunan peradaban.

Persoalan-persoalan pelik yang ditemui di lapangan adalah, tidak adanya satu suara di antara mereka yang mengaku berjuang demi bangsa. Bahkan, di dalam kelompok Islam sendiri, mereka terpecah belah dengan segala kepentingan politik kekuasaan masing-masing individu dan kelompok. Misalnya saja, barangkali Nahdlatul ‘Ulama dan Muhammadiyah, dalam persoalan pemikiran dan praktik keagamaan sudah tidak lagi mempersoalkan perbedaan. Akan tetapi tatkala membicarakan perihal politik kekuasaan, mereka bisa sangat berbeda.

Islam yang berkemajuan semestinya mampu menyelesaikan hal-hal yang sangat penting ini. Bukan politik praktis-pragmatis dan barangkali oportunis jangka pendek yang mesti dikedepankan, tetapi politik jangka panjang yang mengindahkan segala falsafah kebangsaan dan keindonesiaan, demi membangun keutuhan umat, keadilan di muka bumi, kesejahteraan sosial, mengikis segala tindak dehumanisasi, mengentaskan kemiskinan dan lain sebagainya.

Muhammadiyah sendiri pernah mengajukan konsep pemikiran Islam dan kebangsaan yang genuine dan sangat penting, yakni Dar al-Ahdi wa al-Syahadah. Maknanya, Indonesia harus dipandang sebagai Negara Pancasila yang disepakati melalui sebuah konsensus kebangsaan dan disaksikan sebagai negara yang Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghofur. Karena itu Dar al-Ahdi wa al-Syahadah ini bersifat partisipatoris, proaktif dan progresif.

Kaum Muslim bukan sekedar harus yakin bahwa kita mampu membangun peradaban kemanusiaan yang unggul, tetapi juga kerja-kerja mulia pembangunan peradaban perlu dipelopori, dilangsungkan dan disempurnakan, dan bahkan perlu sekali untuk menjaga dan memastikan agar supaya hal ini bersifat berkelanjutan.

Dalam kesempatan tersebut, Dr Haedar melantik Hasnan Bachtiar (Master of Islam in the Modern World, Australian National University/ANU) sebagai Ketua Umum, Syasa Yuania Fadila Masudi (Master of Strategic Studies, ANU) sebagai Sekretaris, Rahmat Ibrahim (Master of Diplomacy, ANU), Ahmad Amin Sulaiman (Master of Cognitive Psychology and Educational Practive, Flinders University), Ahmad Rizky Mardhatillah Umar (PhD in International Relations, University of Queensland), Januari Pratama Nurrati Trisnainingtias (Master of Middle Eastern and Central Asian Studies, ANU), Qurrah A’yun (Bachelor of Psychology), Andarta Khoir (Master of Artificial Intelligence, ANU), Ilyas Taufiqurrohman (Master of Energy Change), Sonya (Bachelor of Psychology) dan Ave Suakanila Fauzisar (Master of Environment, ANU), M. Naufal (Bachelor of International Relations), dan Al Mahdi (University of Queensland) sebagai ketua di pelbagai bidang yang ada.

Setelah melantik, Dr Haedar, Imran Hanafi, Dr Kasiyarno (Rektor UAD yang kebetulan hadir) dan semuanya, mendoakan, merestui dan memberikan nasehat kepada PCI IMM Australia ini. PCI IMM Australia diharapkan mampu mendakwahkan Islam Berkemajuan di dunia global, sekaligus mempelopori kontribusi di pelbagai bidang ilmu pengetahuan mutakhir, khususnya yang belum menjadi trend di tanah air, seperti artificial intelligenceenergy change dan lain sebagainya.

sm

Salam Islam Berkemajuan.

Link terkait:

bendera australiaSaya bersama Pak Dwi Santoso, Ph.D. (Direktur Program Internasional UAD) berkesempatan mengikuti lawatan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir, dan rektor UAD Dr. Kasiyarno, M Hum. ke Australia 14 s.d. 22 Februari 2018. Kegiatan pokok Pak Haedar di negara kanguru adalah memenuhi undangan Monash University di Melbourne dan University of Queensland di Brisbane untuk memberikan public lecture tentang gagasan Islam Berkemajuan dari Muhammadiyah, sedangkan rektor UAD memperluas jaringan kerjasama internasional UAD dengan universitas-universitas di Australia.

Setelah meninjau lahan untuk sekolah Muhammadiyah Australian College di Narre Warren East dekat kota Melobourne pada 15 Februari 2018, memberikan public lecture di Monash University pada 16 Februari 2018, dan siaran wawancara di radio SBS pada 17 Februari 2018, sore harinya Pak Haedar Nashir memberikan pengajian di masjid Westall dekat kampus Monash University, tepatnya di 130 Rosebank Ave, Clayton South VIC, Australia di hadapan IMCV (Indonesian Moslem Community in Victoria). Pengajian berlangsung selama kurang lebih 1 jam dengan materi Islam Berkemajuan dan sikap moderat Muhammadiyah.

pengajian-p-haedar-aussy1

Pengajian Ketua Umum PP Muhammadiyah di Masjid Westall Clayton Australia

Dalam kesempatan pengajian ini, Pak Haedar berpesan agar warga Indonesia yang telah selesai menempuh studi di Australia segera dapat kembali ke tanah air, selain untuk menerapkan ilmu yang telah dituntaskan juga mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik yang selama ini telah dijalaninya di Australia.

pengajian-p-haedar-aussy2Jamaah Indonesian Moslem Community in Victoria

Masjid Westall tempat kajian dilakukan, merupakan salah satu tempat berkumpulnya komunitas muslim Indonesia di Melbourne. Berbeda dengan negara-negara Islam lainnya seperti Pakistan dan Turki yang memiliki masjid berukuran besar dengan arsitektur yang megah di Australia, Indonesia belum memiliki masjid seperti itu. Masjid Westall berupa bangunan yang tidak terlalu besar sehingga mirip Mushola kalau di Indonesia. Sepertinya perlu ada dermawan kaya raya yang dapat memberikan sodaqoh amal jariyahnya untuk membesarkan masjid Westall ini agar menjadi masjid yang berwibawa di kota Melbourne tidak kalah dengan masjid-masjid milik komunitas muslim dari negara lain.

Salam Islam Berkemajuan.

Link terkait:

bendera australiaPada hari ketiga (Sabtu 17 Februari 2018) kunjungan ke Australia, saya bersama Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. dan Pak Dwi Santoso, Ph.D. serta diantar Mas Agus Muthohar (mahasiswa program doktor Monash University) mendampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir melaksanakan wawancara siaran langsung tentang Islam Berkemajuan di Radio SBS Station Melbourne. Wawancara diberikan oleh Mbak Sri Dean dari pihak SBS Station dan berlangsung lebih dari satu jam tayang.  Melalui wawancara ini kesalahpahaman masyarakat internasional terhadap implementasi ajaran Islam dalam ranah kehidupan sosial, politik dan bernegara berusaha diluruskan.

sbs2

Mendampingi dan meliput wawancara live Pak Haedar Nashir di SBS Station Melbourne

Ringkasan hasil wawancara siaran radio Ketua Umum PP Muhammadiyah di SBS Station Melbourne telah dibuat oleh redaksi Suara Muhammadiyah seperti berikut ini dengan saya sisipi foto-foto dan video hasil pengambilan langsung dari lokasi.

sm

Di sela lawatannya ke Australia, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sempat menjadi narasumber dalam program talkshow di radio SBS Station Melbourne. Dalam acara yang berlangsung pada Sabtu, 17 Februari 2018, pukul 09.00-11.00 waktu setempat itu, Haedar diwawancari seputar tema kebangsaan, terutama yang berkaitan dengan umat Islam di Indonesia.

sbs1

 Sri Dean dari SBS Station Melbourne Mewawancarai Pak Haedar Nashir

Dalam paparannya, Haedar menyebut bahwa bangsa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju. Segenap potensi yang dimilikinya harus senantiasa dioptimalkan bersama. Sehingga bangsa Indonesia yang besar dan kaya sumber daya tidak kehilangan momentum meraih kemajuan.

Di saat menghadapi ragam masalah, Haedar mengajak segenap elemen bangsa untuk menghadapinya secara dewasa. “Bangsa yang besar itu bukanlah bangsa yang tanpa masalah, tetapi bangsa yang bisa menyelesaikan masalahnya secara elegan, cerdas dan rasional,” tuturnya.

sbs5

sbs3Situasi wawancara live di SBS Radio, Melbourne

Haedar mecontohkan permasalahan semisal ketika belakangan menghadapi kasus penyerangan tokoh agama dan rumah ibadah. Menurutnya, dalam hal ini, polisi harus bertindak tegas, karena termasuk dalam domain kerja kepolisian untuk mengusut dan menindak siapa pun pelakunya.

“Semua pelaku harus ditindak adil. Syaratnya, pertama, punya bukti yang kuat dan objektif dan kedua, tidak ada politisasi. Silahkan, semua pelaku, tokoh yang masuk ranah hukum harus ditindak, tapi semua harus jujur. Jangan membawa misi lain, selain hukum,” ujarnya. Haedar mengkawatirkan adanya politisasi hukum dan campur tangan pihak tertentu, sehingga hukum tidak berjalan dengan adil dan objektif.

Video: Aparat penegak hukum dan kepolisian harus jujur
Kepada pihak kepolisian, Haedar mengingatkan tentang pentingnya keadilan dan kerja profesional, sehingga peranan polisi tidak diambil alih oleh polisi swasta. “Polisi tidak boleh membiarkan posisinya diambil alih oleh kelompok ormas, baik yang kiri maupun yang kanan,” ujarnya. Polisi kadang hanya menindak aksi sweeping yang dilakukan oleh ormas kanan dan membiarkan aksi-aksi yang dilakukan oleh ormas kiri. Padahal seharusnya, fungsi itu dijalankan oleh polisi, bukan oleh polisi ormas tertentu. Haedar mencontohkan semisal fungsi pengamanan gereja dan lainnya, itu domainnya polisi, bukan ormas.

Terkait dengan kasus-kasus politisasi agama, Haedar mengajak segenap masyarakat untuk meningkatkan literasi dan rasionalitas. “Rasionalitas ini perlu kita bangun,” ujarnya. Haedar mencontohkan tentang kasus 212, aksi 212 itu adalah murni penyaluran aspirasi keagamaan yang dilakukan secara demokratis. namun upaya politisasi keagamaan oleh elit tertentu setelah aksi 212 itu, dianggap Haedar, sebagai tindakan yang politis yang tidak ada kaitannya dengan aspirasi umat.

Video: Aksi 212 aspiratif demokratis, tetapi Pak Haedar tidak setuju politisasi pasca 212
Selain itu, agama seharusnya selalu membawa nilai-nilai kedamaian dan keselamatan. “Dakwah tidak bisa dengan kekerasan,” ungkapnya. Semua agama, harusnya membawa nilai-nilai kebaikan.

Kasus intoleransi agama, kata Haedar, terjadi di banyak tempat dan tanpa mengenal latar belakang keagamaan tertentu. Namun, media dan media sosial sering seolah mengarahkan pelaku kekerasan agama hanya pada satu kelompok agama tertentu. Misalnya yang diungkap ke public itu penyerangan gereja dan vihara, tapi pembunuhan ustaz dan kiai serta sulitnya pendirian masjid di tempat tertentu sering diabaikan.

Haedar juga sempat menyinggung tentang keberadaan media sosial. “Media sosial itu merupakan instrument baru yang menciptakan psikologi demam. Buat masyarakat. Demam WA, deman facebook. Karena demam, mereka lupa behavior, ada dimensi akhlak dalam agama,” katanya. Merespon fenomena tersebut, MTT PP Muhammadiyah mengeluarkan Fikih Informasi yang di dalamnya turut membahas tentang Fikih Media Sosial. Selain juga MPI PP Muhammadiyah telah mengeluarkan panduan Akhlakul Medsosiyah.

Di media sosial, kata Haedar, ada problem sektarian respon. “Baik agama maupun pandangan kebudayaan setempat sering sensitive terhadap hal-hal yang datang dari luar dan dianggap sensitive,” katanya. Di tengah situasi ini, Haedar menyatakan bahwa masyarakat perlu diberi solusi. Yaitu nilai-nilai agama yang mencerahkan dan mencerdaskan serta mengedepankan rasionalitas.

Video: Fiqih informasi dan media sosial

sm
Setelah selesai siaran, Mbak Sri Dean sebagai reporter sekaligus penyiar radio SBS mengatakan sebenarnya  masih ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang Islam with Progress yang digagas Muhammadiyah, tetapi karena waktu siaran diabatasi hanya sekitar 90 menit, maka semua pertanyaan yang telah disiapkan tidak sepenuhnya dapat diajukan. Sebelum meninggalkan studio SBS, Pak Haedar berkenan diambli gambarnya bersama delegasi UAD dan Mas Agus Muthohar di front office studio SBS Station Melbourne.sbs4

Pak Haedar Nashir dan delegasi UAD di Front Office studio radio SBS Melbourne

Salam Islam Berkemajuan.

Link terkait:

Video wawancara lainnya dapat dilihat melalui link berikut ini.



Sistem hukum dan aparat keamanan harus tegas (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)

Muhammadiyah tetap moderat berada di tengah-tengah dari ekstrim kanan dan ekstrim kiri (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)


Indonesia lebih maju karena pernah memiliki presiden wanita dibanding Amerika yang belum pernah memilikinya (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)


Pak Haedar Nashir berbicara tentang sikap Muhammadiyah terhadap kesetaraan wanita dan pria (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)


Pak Haedar Nashir berpendapat bahwa wanita dan pria memiliki kemuliaan yang sama (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)