bendera australiaSetelah mengikuti penjajagan kerja sama dengan Universitas Canberra 19 Februari 2018 pagi, kami berombongan menuju meeting point yang telah ditentukan oleh pihak Kedubes RI di Australia. Dr, Haedar Nashir selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah siang itu diundang oleh Kedubes RI di Canberra untuk makan siang. Kami tiba di tempat yang telah ditentukan pada kurang lebih pukul 11 waktu setempat. Dari pihak Kedubes RI di Canberra hadir wakil kepala perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Australia, M.I. Derry Aman didampingi belasan staf.

Silaturahmi antara Pak Haedar Nashir/delegasi UAD dengan pihak Kedubes RI berlangsung santai dan produktif. Beberapa isu nasional juga sempat menjadi bahan perbincangan informal.  Pihak Kedubes RI sangat gembira menyambut kehadiran Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Rektor UAD karena hal ini dapat meningkatkan hubungan bilateral Australia dan Indonesia lewat kerjasama pendidikan dan kebudayaan.

kedubes-1

Dr. Haedar Nashir (didampingi Dr. Kasiyarno-Rektor UAD) menyerahkan kenangan-kenangan kepada wakil kepala perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Australia, M.I. Derry Aman

Sore harinya di Kompleks Kedubes RI, Pak Haedar menyampaikan kajiannya tentang Spirit Religiusitas dalam berbangsa dan bernegara di hadapan masyarakat muslim Canberra. Ketua Umum PP Muhammadiyah berpesan agar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini kita  menggunakan spirit religiusitas dengan menempatkan ideologi negara sebagai pijakan untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia. Muhammadiyah berpandangan bahwa Indonesia adalah negara Pancasila yang merupakan darul ahdi wa shahadah, tempat seluruh elemen bangsa mengikat komitmen untuk memajukan Indonesia menjadi negara yang rakyatnya sejahtera, adil dan makmur sesuai cita-cita para pendiri negara. Selain itu, agama juga harus hidup dalam jiwa bangsa kita, dan jangan sampai ada pihak-pihak yang mengeliminisasi peran agama dalam berbangsa dan bernegara. Pak Haedar juga berpesan agar dalam praktik politik dan ekonomi tidak hanya menggunakan nilai-nilai pragmatik saja sebagai acuan namun harus melibatkan nilai-nilai religiusitas.

Berita tentang kajian Pak Haedar di Kedubers RI Canberra telah disusun dan dipublikasikan oleh Redaksi Suara Muhammadiyah seperti berikut ini.

sm

Senin malam, 19 Februari 2018, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir menyampaikan ceramah di hadapan seluruh umat Muslim Indonesia yang ada di Canberra, Australia. Acara yang diselenggarakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) ini, diselenggarakan atas kerjasama Australia Indonesia Muslim Foundation-ACT (AIMFACT) dan Komunitas Pengajian Khataman Canberra.

kedubes-3Pak Haedar memberikan kajian Spirit Religiusitas Dalam Berbangsa dan Bernegara di Kedubes RI Canberra

Tema besar yang diusung pada acara kali ini adalah, “Spirit Religiusitas dalam Menguatkan Tali Kebangsaan.” Dalam kesempatan ini, Haedar menyatakan, dalam menjaga kelangsungan NKRI, kita memerlukan hal yang melampaui segala kalkulasi rasional manusia, yakni religiusitas atau spiritualitas. Menurutnya, dengan spiritualitas ini berarti terdapat campur tangan dimensi kehidupan yang lebih tinggi, atau lazim disebut dimensi transenden.

Mengapa demikian? Karena manusia memiliki segala potensi, baik itu yang baik dan sebaliknya. Tatkala manusia kehilangan wajahnya yang ramah, baik dan sempurna, maka sudah semestinya jalan agama menuntunnya agar kembali kepada kesucian. Jadi agama dalam konteks ini, berfungsi menyucikan segala perilaku manusia agar kebaikan yang ada di dalam dirinya bersifat berkelanjutan.

kedubes-2

 

Peserta kajian Pak Haedar di Kedubes RI Canberra

Hal ini tentu saja berlaku dalam segala lingkup kehidupan, baik itu individual maupun sosial. Seorang individu yang baik, maka memiliki kesempatan yang lebih besar agar seluruh kehidupannya menjadi baik. Orang tua yang baik, lebih mampu menciptakan rumah tangga yang baik. Dalam tataran kenegaraan, maka pemerintah yang baik, niscaya akan mampu mendorong rakyatnya agar menjadi baik pula. Di dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad Saw adalah contoh terbaik daripada pribadi yang mulia, yang telah terbukti menjadikan masyarakat Islam sebagai masyarakat yang baik, yang berkeadaban dan berperadaban tinggi.

Bagaimana hal ini dapat berlaku di ranah kebangsaan? Pertama, kita harus memahami betul falsafah kebangsaan kita; Kedua, kita berjuang dan bekerja keras membangun bangsa dengan segala nilai dari falsafah tersebut; Ketiga, sebagai sesama orang bangsa, kita harus merawat tali persaudaraan kebangsaan kita.

Yang pertama, falsafah kebangsaan kita adalah tauhid. Secara historis, para pendiri bangsa Indonesia telah berusaha meletakkan fondasi filosofis kebangsaan yang kokoh, yang sangat bernuansa religius. Misalnya dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terdapat kata-kata “Atas berkat rahmat Allah…” Di dalam perumusan Pancasila juga demikian. Para tokoh bangsa, khususnya Ki Bagoes Hadikoesoemo berperan penting dalam menetapkan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama di dalam dasar negara ini, sekaligus menghapus sila mengenai kewajiban menerapkan syariat Islam. Ini adalah hadiah terbesar umat Islam untuk bangsa Indonesia.

Yang kedua, pembangunan bangsa harus mencerminkan religiusitas atau spiritualitas (dalam bahasa agama adalah tauhid). Jika pembangunan bangsa hanya didasari oleh prinsip-prinsip kompetisi yang kering dari sentuhan agama, maka yang akan terjadi adalah segala hal yang bersifat destruktif dan bahkan dehumanistik. Misalnya saja dalam pembangunan bidang politik dan ekonomi, sesungguhnya kita tidak diperkenankan menggunakan segala cara untuk menggapai kekuasaan dan kekayaan. Segala hal yang kita lakukan dan kita dapat, pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Di ranah kehidupan sosial dan kebudayaan juga tidak berbeda. Saat ini oleh beberapa pihak, pelbagai nilai Barat yang tentu saja berbeda dengan nilai-nilai Islam hendak diterapkan dengan banyak cara. Tentu kita harus bekerja keras mencegahnya karena hal itu bertentangan dengan falsafah bangsa.

Yang ketiga, kita harus pandai merawat tali persaudaraan kebangsaan kita. Barangkali ini adalah hal yang paling krusial. Hal ini dianggap krusial karena bertepatan dengan kontestasi politik daerah atau Pilkada, dan Pilpres yang akan dihelat pada 2019 mendatang. Dalam situasi tersebut, rentan terjadi perpecahan, polarisasi dan konflik. Karena itu, urusan politik, perbedaan kepentingan dan perbedaan bendera kelompok, tidak boleh melukai persaudaraan kebangsaan. Hal ini tentu tidak mudah. Tapi akan menjadi sangat berfaedah, jika kita kembalikan semuanya kepada petunjuk agama.

Tidak dapat dipungkiri bahwa, cita-cita kita bersama sebenarnya ingin menjadikan bangsa ini sebagai “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. Artinya adalah bangsa yang bukan sekedar adil, makmur dan sejahtera, namun juga diberkati oleh ampunan Allah SWT. Semoga dengan menjaga sustainabilitas kebaikan di dalam diri kita, dengan segala nilai religiusitas dan spiritualitas yang tertuang dalam falsafah kebangsaan, kita mampu mewujudkan cita-cita kita bersama.

sm

 

Link Terkait:

bendera australiaDalam rangkaian kunjungan ke Australia 14 s.d. 22 Februari 2018, tanggal 19 Februari 2018, saya dan Direktur Program Internasional UAD Dwi Santoso, Ph.D. mengikuti kunjungan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Rektor UAD ke Universitas Canberra. Rombongan kami diantar oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Imran Hanafi yang sekaligus menjadi fasilitator pertemuan Muhammadiyah/UAD dengan Universitas Canberra. Jadi, rombongan kami ke Universitas Canberra pagi itu terdiri atas Ketua Umum PP Muhammadiyah (Dr. Haedar Nashir), Rektor UAD (Dr. Kasiyarno), Atdikbud Canberra (Imran Hanafi), saya dan Direktur Program Internasional UAD (Dwi Santoso, Ph.D.).

Delegasi Muhammadiyah/UAD di Universitas Canberra diterima oleh Prof. Lawrence Pratchett selaku Pro Vice-Chancellor Students, Partnerships & International (lawrence.pratchett@canberra.edu.au), Prof. Roland Goecke dari Human-Centered Technology Research Center, Faculty of Education, Science, Technology and Mathematics (roland.goecke@canberra.edu.au), dan Dr. Helen Marsden sebagai Graduate . Research Manager (helen.marsden@canberra.edu.au).

uc1

Penerimaan delegasi Muhammadiyah/UAD oleh pihak Universitas Canberra

Pembicaraan antara pihak UAD dan Universitas Canberra sangat konstruktif. Gagasan-gagasan kerjasama dari Rektor UAD maupun Direktur Program Internasional yang ditawarkan memperoleh tanggapan positif.

uc2

Delegasi Muhammadiyah/UAD bersama  Prof. Lawrence Pratchett di Universitas Canberra

Melalui pembicaraan bilateral ini, disepakati kemungkinan-kemungkinan bidang yang dapat dikerjasamakan seperti student exchange, join conference, visiting professor maupun join research. Bahkan, Prof. Roland Goecke dalam bincang-bincang informal dengan saya, secara pribadi siap diundang ke UAD sebagai pembicara dalam join seminar atau join research dalam bidang digital forensic. Hampir sama dengan UAD, Universitas Camberra pada awalnya  berbentuk institut keguruan sehingga sangat kuat dalam bidang pendidikan.

uc-3

Rektor UAD dan Ketua Umum PP Muhammadiyah bersama Wakil Rektor Universitas Canberra

Sebelum dialog kerjasama dilakukan, kami sempat diajak berkeliling ke laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi, dan di sana kami diperkenalkan dengan Dr. Reena Ghildyal (reena.ghildyal@canberra.edu.au) seorang profesor dalam bidang mikrobiologi yang menjelaskan tentang berbagai riset terkait bidang keilmuannya.  Dalam kunjungan ke laboratorium tersebut, kami diperlihatkan beberapa manakin yang menjadi media pembelajaran anatomi manusia.

uc3

Pak Haedar berkesempatan meninjau lab manakin di Universitas Canberra

Memperhatikan hasil pembicaraan penjajagan kerjasama tersebut dan resources yang tersedia di UAD, dalam waktu dekat sangat memungkinkan untuk diimplementasikan kerjasama antara UAD dengan Universitas Canberra dalam bentuk join research untuk bidang biologi, farmasi dan kesehatan. Sementara itu, untuk bidang pendidikan dapat dilaksanakan kegiatan join conference dan student exchange, sedangkan visiting professor untuk bidang fisika.

uc-4

Delegasi Muhammadiyah/UAD bersama Pak Imran Hanafi (Atdikbud) di Universitas Canberra

Dari saat awal tiba di kampus, kami didampingi salah satu dosen Universitas Camberra yang saya lihat sekaligus memerankan fungsi sebagai liaison officer dan fotografer kampus.

uc-5

Bersama liaison officer kampus Universitas Canberra

Saya senang dengan Universitas Canberra karena karakternya mirip dengan UAD sama-sama berawal dari institut keguruan.


Salam persahabatan dunia.

Link Terkait:

 

 

bendera australiaSelama dua malam  yakni 18 dan 19 Februari 2018 rombongan kami (Dr. Haedar Nashir-Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr. Kasiyarno-Rektor UAD, saya dan Dwi Santoso, Ph.D.-Direktur Program Internasional UAD) diterima sebagai tamu oleh Atdikbud Canberra Pak Imran Hanafi.  Selain menjadi fasilitator komunikasi kami dengan pihak Canberra University dan University of Qeensland di Brisbane, Pak Imran Hanafi juga menjadi fasilitator akomodasi kami selama di Canberra. Pak Imran menyediakan penginapan untuk rombongan kami di Wisma Indonesia, bahkan breakfast juga disiapkan sendiri oleh beliau, sehingga kami benar-benar merasa sebagai tamu yang dimuliakan. Sebelum berangkat ke Universty of Canberra untuk mengikuti penjajagan kerjasama Rektor UAD,  dan ke Kedubes RI mendokumentasikan  ceramah Pak Haedar, pagi hari di seputar Wisma Indonesia kami sempat berjalan-jalan bersama Pak Haedar dan Rektor UAD diajak Atdikbud Pak Imran Hanafi keliling wisma.

Situasi di Wisma Indonesia Canberra

Pagi itu kami diajak keliling wisma sambil berolah raga pagi. Kompleks wisma Indonesia ini cukup luas dengan bangunan yang menyediakan kamar-kamar di dalamnya. Pak Atdikbud mengatakan keberadaan kamar-kamar tersebut dimaksudkan untuk menyediakan  fasilitas pendukung  kegiatan kerjasama pendidikan dan kebudayaan antara Indonesia dan Australia. Barangkali suatu saat, UAD dapat mengajukan permohonan ke Atdikbud untuk memperoleh dukungan fasilitas ini ketika melaksanakan implementasi kerjasama dengan Universitas Canberra, misalnya dalam bentuk pengiriman dosen-dosen mengikuti pelatihan IELTS, student mobility atau viiting professor, yang pesertanya dapat ditempatkan di wisma ini.

wisma-indonesia-1

Keliling Wisma Indonesia Canberra bersama Atdikbud Pak Imran Hanafi

Setelah mengikuti acara resmi  Rektor UAD di Universitas Canberra dan sebelum mengikuti pengajian Pak Haedar Nashir di Kedubes RI, kami diajak  berkeliling taman kanguru oleh Atdikbud Pak Imron Hanafi. Salah satu taman kanguru yang terkenal di Canberra adalah Winston Park. Pak Haedar Nashir, Atdikbud dan Pak Rektor UAD sempat turun ke taman untuk sekedar mendokumentasikan momen yang langka ini.

wisma-indonesia-2

Bersama Pak Haedar Nashir, Atdikbud Canberra Pak Imran Hanafi, dan Rektor UAD di Winston Park (Fotografer: Dwi Santoso, Ph.D.)

Terinspirasi oleh tayangan kanal National Geographyc (kanal favorit saya di TV kabel), saya mencoba mendokumentasikan dinamika kanguru di taman Winston Park ini ala kadarnya dengan kamera HP tanpa tripot dan stabilisator, prinsipnya yang penting bahagia.

Kanguru di Winston Park yang sempat saya abadikan

Tanggal 20 Februari 2018 pagi kami bertolak dari Canberra ke Sydney menggunakan kendaraan darat, dan sampai tahap inipun, kami terus didukung oleh Pak Adikbud dengan menyediakan kendaraan  dan driver.

wisma-indonesia-3

Foto perpisahan dengan Atdikbud Pak Imran Hanafi

Terimakasih kepada Pak Imran Hanafi selaku Atdikbud Canberra atas penerimaan yang sangat baik kepada kami selama bertugas di Australia. Selamat bertugas di Canberra semoga diberi kesehatan dan kekuatan untuk membawa Indonesia lebih bertartabat di dunia internasonal.

Salam Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Link terkait:

 

 

bendera australiaTanggal 18 Februari 2018 rombongan kami (Pak Haedar Nashir bersama delegasi UAD terdiri Rektor Dr. Kasiyarno, M.Hum., Dwi Santoso, Ph.D. dan saya) bertolak dari Melbourne ke Canberra, ibukota Australia di Victoria. Kami dijemput Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk Canberra Bapak Imran Hanafi dan staf Kedubes RI. Dari bandara kami langsung menuju ke Wisma Indonesia di daerah O’Malley Canberra dan di sana telah menunggu pengurus dan anggota Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) IMM Australia. Malam itu juga Pak Haedar Nashir langsung melantik pengurus PCIMM Australia dan memberikan kajian Islam Berkemajuan.

pengajian-p-haedar-aussy4

Pak Haedar Nashir dan  Pak Imron Hanafi (Atdikbud) saat Kajian Islam Berkemajuan di Wisma Indonesia Canberra

Berita selengkapnya telah disusun oleh redaksi Suara Muhammadiyah seperti berikut ini.

sm

Suara Muhammadiyah. Ahad malam, 18 Februari 2018, di kediaman Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk Australia (Imran Hanafi), Dr Haedar Nashir, selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melantik berdirinya Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Australia.

pengajian-p-haedar-aussy3

Pak Haedar bersama ATDIKBUD Canberra Pak Imron Hanafi, Delegasi UAD dan Pimpinan Cabang Istimewa IMM Australia

Dalam kesempatan tersebut, Dr Haedar menekankan pentingnya persaudaraan kemanusiaan yang genuine, yang dirajut dengan kekuatan konsolidasi dan kooperasi yang solid. Baginya, visi persaudaraan ini harus termanifestasi dalam pelbagai bidang kehidupan, khususnya kehidupan sosial politik yang saat ini rawan melahirkan polarisasi, fragmentasi dan konflik. Karena itu, dengan visi persaudaraan ini, diharapkan akan menghasilkan kompetisi kebajikan (fastabiq al-khairat), yang menurutnya, adalah sarana untuk membangun peradaban kemanusiaan yang unggul.

Tidak dapat dipungkiri memang, di masa-masa liberalisasi politik saat ini, seluruh kelompok yang ada sedang berusaha menjadi pemenang. Itu berlaku bukan hanya berkisar pada kelompok kanan dan kiri yang ekstrem, tetapi juga kelompok tengahan yang juga tampak mengalami proses kebekuan dan kebuntuan berpikir.

Mereka yang berjuang dengan bendera Islam, yang membawa seragam nasionalisme sekular dan yang mengaku moderat, semuanya mengatasnamakan “demi bangsa Indonesia dan demi kemanusiaan”. Alih-alih melakukan konsolidasi, mereka malah saling menggergaji. Momen-momen penting ini terjadi secara krusial pada Pilkada DKI Jakarta dan diprekdisikan akan semakin sengit pada Pilkada selanjutnya dan Pilpres 2019 mendatang.

Lantas di mana Islam yang berkemajuan? Pertanyaan ini diajukan kepada seluruh anggota PCI IMM Australia dan para hadirin dari pelbagai elemen organisasi keislaman di Canberra, khususnya Australia Indonesia Muslim Foundation-ACT (AIMFACT).

Memang untuk menjawab hal ini, tidaklah mudah. Hanya saja, selama kita berpijak kepada prinsip-prinsip etis di dalam Islam, seperti mengutamakan perdamaian, persaudaraan, kemanusiaan dan keadilan, maka akan mampu menyusun rencana-rencana pembangunan umat jangka panjang. Kerja politik yang ada, tidak boleh sekedar dimaknai sebagai pertarungan perebutan kekuasaan semata-mata, tetapi harus saling bekerjasama untuk pembangunan peradaban.

Persoalan-persoalan pelik yang ditemui di lapangan adalah, tidak adanya satu suara di antara mereka yang mengaku berjuang demi bangsa. Bahkan, di dalam kelompok Islam sendiri, mereka terpecah belah dengan segala kepentingan politik kekuasaan masing-masing individu dan kelompok. Misalnya saja, barangkali Nahdlatul ‘Ulama dan Muhammadiyah, dalam persoalan pemikiran dan praktik keagamaan sudah tidak lagi mempersoalkan perbedaan. Akan tetapi tatkala membicarakan perihal politik kekuasaan, mereka bisa sangat berbeda.

Islam yang berkemajuan semestinya mampu menyelesaikan hal-hal yang sangat penting ini. Bukan politik praktis-pragmatis dan barangkali oportunis jangka pendek yang mesti dikedepankan, tetapi politik jangka panjang yang mengindahkan segala falsafah kebangsaan dan keindonesiaan, demi membangun keutuhan umat, keadilan di muka bumi, kesejahteraan sosial, mengikis segala tindak dehumanisasi, mengentaskan kemiskinan dan lain sebagainya.

Muhammadiyah sendiri pernah mengajukan konsep pemikiran Islam dan kebangsaan yang genuine dan sangat penting, yakni Dar al-Ahdi wa al-Syahadah. Maknanya, Indonesia harus dipandang sebagai Negara Pancasila yang disepakati melalui sebuah konsensus kebangsaan dan disaksikan sebagai negara yang Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghofur. Karena itu Dar al-Ahdi wa al-Syahadah ini bersifat partisipatoris, proaktif dan progresif.

Kaum Muslim bukan sekedar harus yakin bahwa kita mampu membangun peradaban kemanusiaan yang unggul, tetapi juga kerja-kerja mulia pembangunan peradaban perlu dipelopori, dilangsungkan dan disempurnakan, dan bahkan perlu sekali untuk menjaga dan memastikan agar supaya hal ini bersifat berkelanjutan.

Dalam kesempatan tersebut, Dr Haedar melantik Hasnan Bachtiar (Master of Islam in the Modern World, Australian National University/ANU) sebagai Ketua Umum, Syasa Yuania Fadila Masudi (Master of Strategic Studies, ANU) sebagai Sekretaris, Rahmat Ibrahim (Master of Diplomacy, ANU), Ahmad Amin Sulaiman (Master of Cognitive Psychology and Educational Practive, Flinders University), Ahmad Rizky Mardhatillah Umar (PhD in International Relations, University of Queensland), Januari Pratama Nurrati Trisnainingtias (Master of Middle Eastern and Central Asian Studies, ANU), Qurrah A’yun (Bachelor of Psychology), Andarta Khoir (Master of Artificial Intelligence, ANU), Ilyas Taufiqurrohman (Master of Energy Change), Sonya (Bachelor of Psychology) dan Ave Suakanila Fauzisar (Master of Environment, ANU), M. Naufal (Bachelor of International Relations), dan Al Mahdi (University of Queensland) sebagai ketua di pelbagai bidang yang ada.

Setelah melantik, Dr Haedar, Imran Hanafi, Dr Kasiyarno (Rektor UAD yang kebetulan hadir) dan semuanya, mendoakan, merestui dan memberikan nasehat kepada PCI IMM Australia ini. PCI IMM Australia diharapkan mampu mendakwahkan Islam Berkemajuan di dunia global, sekaligus mempelopori kontribusi di pelbagai bidang ilmu pengetahuan mutakhir, khususnya yang belum menjadi trend di tanah air, seperti artificial intelligenceenergy change dan lain sebagainya.

sm

Salam Islam Berkemajuan.

Link terkait:

bendera australiaSaya bersama Pak Dwi Santoso, Ph.D. (Direktur Program Internasional UAD) berkesempatan mengikuti lawatan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir, dan rektor UAD Dr. Kasiyarno, M Hum. ke Australia 14 s.d. 22 Februari 2018. Kegiatan pokok Pak Haedar di negara kanguru adalah memenuhi undangan Monash University di Melbourne dan University of Queensland di Brisbane untuk memberikan public lecture tentang gagasan Islam Berkemajuan dari Muhammadiyah, sedangkan rektor UAD memperluas jaringan kerjasama internasional UAD dengan universitas-universitas di Australia.

Setelah meninjau lahan untuk sekolah Muhammadiyah Australian College di Narre Warren East dekat kota Melobourne pada 15 Februari 2018, memberikan public lecture di Monash University pada 16 Februari 2018, dan siaran wawancara di radio SBS pada 17 Februari 2018, sore harinya Pak Haedar Nashir memberikan pengajian di masjid Westall dekat kampus Monash University, tepatnya di 130 Rosebank Ave, Clayton South VIC, Australia di hadapan IMCV (Indonesian Moslem Community in Victoria). Pengajian berlangsung selama kurang lebih 1 jam dengan materi Islam Berkemajuan dan sikap moderat Muhammadiyah.

pengajian-p-haedar-aussy1

Pengajian Ketua Umum PP Muhammadiyah di Masjid Westall Clayton Australia

Dalam kesempatan pengajian ini, Pak Haedar berpesan agar warga Indonesia yang telah selesai menempuh studi di Australia segera dapat kembali ke tanah air, selain untuk menerapkan ilmu yang telah dituntaskan juga mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik yang selama ini telah dijalaninya di Australia.

pengajian-p-haedar-aussy2Jamaah Indonesian Moslem Community in Victoria

Masjid Westall tempat kajian dilakukan, merupakan salah satu tempat berkumpulnya komunitas muslim Indonesia di Melbourne. Berbeda dengan negara-negara Islam lainnya seperti Pakistan dan Turki yang memiliki masjid berukuran besar dengan arsitektur yang megah di Australia, Indonesia belum memiliki masjid seperti itu. Masjid Westall berupa bangunan yang tidak terlalu besar sehingga mirip Mushola kalau di Indonesia. Sepertinya perlu ada dermawan kaya raya yang dapat memberikan sodaqoh amal jariyahnya untuk membesarkan masjid Westall ini agar menjadi masjid yang berwibawa di kota Melbourne tidak kalah dengan masjid-masjid milik komunitas muslim dari negara lain.

Salam Islam Berkemajuan.

Link terkait: