bendera australiaSaya bersama Pak Dwi Santoso, Ph.D. (Direktur Program Internasional UAD) berkesempatan mengikuti lawatan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir, dan rektor UAD Dr. Kasiyarno, M Hum. ke Australia 14 s.d. 22 Februari 2018. Kegiatan pokok Pak Haedar di negara kanguru adalah memenuhi undangan Monash University di Melbourne dan University of Queensland di Brisbane untuk memberikan public lecture tentang gagasan Islam Berkemajuan dari Muhammadiyah, sedangkan rektor UAD memperluas jaringan kerjasama internasional UAD dengan universitas-universitas di Australia.

Setelah meninjau lahan untuk sekolah Muhammadiyah Australian College di Narre Warren East dekat kota Melobourne pada 15 Februari 2018, memberikan public lecture di Monash University pada 16 Februari 2018, dan siaran wawancara di radio SBS pada 17 Februari 2018, sore harinya Pak Haedar Nashir memberikan pengajian di masjid Westall dekat kampus Monash University, tepatnya di 130 Rosebank Ave, Clayton South VIC, Australia di hadapan IMCV (Indonesian Moslem Community in Victoria). Pengajian berlangsung selama kurang lebih 1 jam dengan materi Islam Berkemajuan dan sikap moderat Muhammadiyah.

pengajian-p-haedar-aussy1

Pengajian Ketua Umum PP Muhammadiyah di Masjid Westall Clayton Australia

Dalam kesempatan pengajian ini, Pak Haedar berpesan agar warga Indonesia yang telah selesai menempuh studi di Australia segera dapat kembali ke tanah air, selain untuk menerapkan ilmu yang telah dituntaskan juga mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik yang selama ini telah dijalaninya di Australia.

pengajian-p-haedar-aussy2Jamaah Indonesian Moslem Community in Victoria

Masjid Westall tempat kajian dilakukan, merupakan salah satu tempat berkumpulnya komunitas muslim Indonesia di Melbourne. Berbeda dengan negara-negara Islam lainnya seperti Pakistan dan Turki yang memiliki masjid berukuran besar dengan arsitektur yang megah di Australia, Indonesia belum memiliki masjid seperti itu. Masjid Westall berupa bangunan yang tidak terlalu besar sehingga mirip Mushola kalau di Indonesia. Sepertinya perlu ada dermawan kaya raya yang dapat memberikan sodaqoh amal jariyahnya untuk membesarkan masjid Westall ini agar menjadi masjid yang berwibawa di kota Melbourne tidak kalah dengan masjid-masjid milik komunitas muslim dari negara lain.

Salam Islam Berkemajuan.

Link terkait:

bendera australiaPada hari ketiga (Sabtu 17 Februari 2018) kunjungan ke Australia, saya bersama Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. dan Pak Dwi Santoso, Ph.D. serta diantar Mas Agus Muthohar (mahasiswa program doktor Monash University) mendampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir melaksanakan wawancara siaran langsung tentang Islam Berkemajuan di Radio SBS Station Melbourne. Wawancara diberikan oleh Mbak Sri Dean dari pihak SBS Station dan berlangsung lebih dari satu jam tayang.  Melalui wawancara ini kesalahpahaman masyarakat internasional terhadap implementasi ajaran Islam dalam ranah kehidupan sosial, politik dan bernegara berusaha diluruskan.

sbs2

Mendampingi dan meliput wawancara live Pak Haedar Nashir di SBS Station Melbourne

Ringkasan hasil wawancara siaran radio Ketua Umum PP Muhammadiyah di SBS Station Melbourne telah dibuat oleh redaksi Suara Muhammadiyah seperti berikut ini dengan saya sisipi foto-foto dan video hasil pengambilan langsung dari lokasi.

sm

Di sela lawatannya ke Australia, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sempat menjadi narasumber dalam program talkshow di radio SBS Station Melbourne. Dalam acara yang berlangsung pada Sabtu, 17 Februari 2018, pukul 09.00-11.00 waktu setempat itu, Haedar diwawancari seputar tema kebangsaan, terutama yang berkaitan dengan umat Islam di Indonesia.

sbs1

 Sri Dean dari SBS Station Melbourne Mewawancarai Pak Haedar Nashir

Dalam paparannya, Haedar menyebut bahwa bangsa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju. Segenap potensi yang dimilikinya harus senantiasa dioptimalkan bersama. Sehingga bangsa Indonesia yang besar dan kaya sumber daya tidak kehilangan momentum meraih kemajuan.

Di saat menghadapi ragam masalah, Haedar mengajak segenap elemen bangsa untuk menghadapinya secara dewasa. “Bangsa yang besar itu bukanlah bangsa yang tanpa masalah, tetapi bangsa yang bisa menyelesaikan masalahnya secara elegan, cerdas dan rasional,” tuturnya.

sbs5

sbs3Situasi wawancara live di SBS Radio, Melbourne

Haedar mecontohkan permasalahan semisal ketika belakangan menghadapi kasus penyerangan tokoh agama dan rumah ibadah. Menurutnya, dalam hal ini, polisi harus bertindak tegas, karena termasuk dalam domain kerja kepolisian untuk mengusut dan menindak siapa pun pelakunya.

“Semua pelaku harus ditindak adil. Syaratnya, pertama, punya bukti yang kuat dan objektif dan kedua, tidak ada politisasi. Silahkan, semua pelaku, tokoh yang masuk ranah hukum harus ditindak, tapi semua harus jujur. Jangan membawa misi lain, selain hukum,” ujarnya. Haedar mengkawatirkan adanya politisasi hukum dan campur tangan pihak tertentu, sehingga hukum tidak berjalan dengan adil dan objektif.

Video: Aparat penegak hukum dan kepolisian harus jujur
Kepada pihak kepolisian, Haedar mengingatkan tentang pentingnya keadilan dan kerja profesional, sehingga peranan polisi tidak diambil alih oleh polisi swasta. “Polisi tidak boleh membiarkan posisinya diambil alih oleh kelompok ormas, baik yang kiri maupun yang kanan,” ujarnya. Polisi kadang hanya menindak aksi sweeping yang dilakukan oleh ormas kanan dan membiarkan aksi-aksi yang dilakukan oleh ormas kiri. Padahal seharusnya, fungsi itu dijalankan oleh polisi, bukan oleh polisi ormas tertentu. Haedar mencontohkan semisal fungsi pengamanan gereja dan lainnya, itu domainnya polisi, bukan ormas.

Terkait dengan kasus-kasus politisasi agama, Haedar mengajak segenap masyarakat untuk meningkatkan literasi dan rasionalitas. “Rasionalitas ini perlu kita bangun,” ujarnya. Haedar mencontohkan tentang kasus 212, aksi 212 itu adalah murni penyaluran aspirasi keagamaan yang dilakukan secara demokratis. namun upaya politisasi keagamaan oleh elit tertentu setelah aksi 212 itu, dianggap Haedar, sebagai tindakan yang politis yang tidak ada kaitannya dengan aspirasi umat.

Video: Aksi 212 aspiratif demokratis, tetapi Pak Haedar tidak setuju politisasi pasca 212
Selain itu, agama seharusnya selalu membawa nilai-nilai kedamaian dan keselamatan. “Dakwah tidak bisa dengan kekerasan,” ungkapnya. Semua agama, harusnya membawa nilai-nilai kebaikan.

Kasus intoleransi agama, kata Haedar, terjadi di banyak tempat dan tanpa mengenal latar belakang keagamaan tertentu. Namun, media dan media sosial sering seolah mengarahkan pelaku kekerasan agama hanya pada satu kelompok agama tertentu. Misalnya yang diungkap ke public itu penyerangan gereja dan vihara, tapi pembunuhan ustaz dan kiai serta sulitnya pendirian masjid di tempat tertentu sering diabaikan.

Haedar juga sempat menyinggung tentang keberadaan media sosial. “Media sosial itu merupakan instrument baru yang menciptakan psikologi demam. Buat masyarakat. Demam WA, deman facebook. Karena demam, mereka lupa behavior, ada dimensi akhlak dalam agama,” katanya. Merespon fenomena tersebut, MTT PP Muhammadiyah mengeluarkan Fikih Informasi yang di dalamnya turut membahas tentang Fikih Media Sosial. Selain juga MPI PP Muhammadiyah telah mengeluarkan panduan Akhlakul Medsosiyah.

Di media sosial, kata Haedar, ada problem sektarian respon. “Baik agama maupun pandangan kebudayaan setempat sering sensitive terhadap hal-hal yang datang dari luar dan dianggap sensitive,” katanya. Di tengah situasi ini, Haedar menyatakan bahwa masyarakat perlu diberi solusi. Yaitu nilai-nilai agama yang mencerahkan dan mencerdaskan serta mengedepankan rasionalitas.

Video: Fiqih informasi dan media sosial

sm
Setelah selesai siaran, Mbak Sri Dean sebagai reporter sekaligus penyiar radio SBS mengatakan sebenarnya  masih ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang Islam with Progress yang digagas Muhammadiyah, tetapi karena waktu siaran diabatasi hanya sekitar 90 menit, maka semua pertanyaan yang telah disiapkan tidak sepenuhnya dapat diajukan. Sebelum meninggalkan studio SBS, Pak Haedar berkenan diambli gambarnya bersama delegasi UAD dan Mas Agus Muthohar di front office studio SBS Station Melbourne.sbs4

Pak Haedar Nashir dan delegasi UAD di Front Office studio radio SBS Melbourne

Salam Islam Berkemajuan.

Link terkait:

Video wawancara lainnya dapat dilihat melalui link berikut ini.



Sistem hukum dan aparat keamanan harus tegas (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)

Muhammadiyah tetap moderat berada di tengah-tengah dari ekstrim kanan dan ekstrim kiri (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)


Indonesia lebih maju karena pernah memiliki presiden wanita dibanding Amerika yang belum pernah memilikinya (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)


Pak Haedar Nashir berbicara tentang sikap Muhammadiyah terhadap kesetaraan wanita dan pria (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)


Pak Haedar Nashir berpendapat bahwa wanita dan pria memiliki kemuliaan yang sama (siaran langsung wawancara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan reporter Sri Dean di radio SBS Melbourne Australia)

 

bendera australiaPada Muktamar di Makasar tahun 2015 yang lalu, Muhammadiyah telah menetapkan internasionalisasi persyarikatan menjadi program kerja periode ini dan salah satu implementasinya adalah memperkenalkan konsep Islam Berkemajuan (Islam with Progress) kepada masyarakat internasional. Pada Jumat 16 Februari 2018 (hari ke-2 kunjungan saya ke Australia), saya berkesempatan meliput aktivitas Dr. Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam menyampaikan public lecture di Monash University.  Pak Haedar membawakan kuliah tentang Persyarikatan Muhammadiyah dan Islam Berkemajuan di Indonesia.

plecture2

Public lecture Ketua Umum PP Muhammadiyah dihadiri para peneliti, peminat kajian Indonesia, mahasiswa Indonesia di Australia, serta para pimpinan Monash University

Moderator kuliah umum ini adalah, Dr. Julian Mille dengan interpreter Dwi Santoso, Ph.D. doktor lulusan La Trobe University, Melbourne, yang sehari-hari menjadi Direktur Program Internasional UAD. Dalam pengantarnya, moderator acara menyampaikan bahwa forum ini diadakan dalam upaya menyebarluaskan gagasan dan pandangan Islam berkemajuan ke seluruh dunia. “Wajah Islam yang ditampilkan Muhammadiyah telah menarik pandangan banyak kalangan. Terutama gagasan Islam with Progress atau Islam Berkemajuan,”

Uraian berikut ini adalah intisari kuliah umum Pak Haedar di Monash University  yang ditulis oleh redaksi Suara Muhammadiyah dengan sisipan gambar-gambar pemotretan yang saya lakukan langsung di lokasi.

sm

Haedar menyampaikan, dalam pandangan Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk membangun peradaban yang utama dan menjadi rahmat bagi semesta. Inilah yang disebut Islam Berkemajuan atau din al-Hadlarah.

“Kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam seluruh dimensi kehidupan, yang melahirkan peradaban utama sebagai bentuk peradaban alternatif yang unggul secara lahiriah dan ruhaniah,” ujar Haedar.

plecture5

Situasi public lecture Ketua Umum PP Muhammadiyah di Monash University

Menurutnya, Islam yang berkemajuan itu menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. “Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan,” ujar Haedar.

plecture7

Sesi tanya jawab dengan peserta

Islam Progressif atau Islam berkemajuan, kata Haedar, adalah Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. dan Muhammadiyah berkomitmen atas itu. “Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan,” tuturnya.

plecture4

Respons terhadap pertanyaan peserta oleh Pak Haedar

Dalam pandangan Haedar, Islam di Indonesia hadir secara damai, sehingga diterima luas. “Islam di negeri kepulauan Nusantara ini hadir secara damai, berkarakter moderat, dan berkembang menjadi muslim terbesar di dunia,” ungkapnya.

Makalah lengkap kuliah umum Pak Haedar Nashir di Monash University dapat dilihat di link ini: http://www.suaramuhammadiyah.id/2018/02/16/muhammadiyah-dan-kehadiran-islam-berkemajuan-di-indonesia/

sm

Fasilitator kegiatan ini adalah Mas Agus Mutohar (kandidat doktor Monash University) dan didukung oleh ATDIKBUD Pak Imran Hanafi. Beberapa hari sebelum saya berangkat ke Australia, pihak TVMU (televisi milik Muhammadiyah) meminjami peralatan untuk live streaming agar saya lebih mudah dalam meliput kegiatan pak Haedar di Australia.  Semula direncanakan liputan saya akan disiarkan oleh stasiun TVMU di Jakarta. Namun karena kendala-kendala teknis, siaran langsung tidak jadi diselenggaakan dan sebagai gantinya acara disiarkan lewat kanal Youtube. Dalam menyelenggarakan live streaming ini saya dibantu oleh Mas Hidayatullah Yunus, salah seorang mahasiswa program master Universitas Monash dan sekaligus sebagai anggota PCIM Australia. Bahkan, siaran live streaming dilakukan dengan menggunakan kanal Youtube milik kandidat master asal Pinrang Sulawesi Selatan ini.

plecture3

Hidayatullah Yunus ikut membantu siaran live streaming menggunakan kanal Youtube nya

Tayangan video selengkapnya dapat dilihat di kanal Youtube ini: https://www.youtube.com/watch?v=ML58Nw6_sds&t=43s

Terimakasih kepada: Bapak Imran Hanafi (ATDIKBUD), Mas Agus Mutohar, dan Mas Hidayatullah Yunus.

Link terkait:

 

bendera australia

Setelah mengikuti acara signing ceremony-penandatanganan MoU di Universitas Monash, Australia  pada Kamis sore 15 Februari 2018, saya bersama pak rektor, dan pak Dwi Santoso, Ph.D. mendampingi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir, M.Si.  meninjau lokasi “calon” sekolah Muhammadiyah di pinggiran kota Melbourne. Perjalanan ke lokasi ini ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit perjalanan darat dari penginapan kami di Clayton kompleks Monash University. Rombongan kami diantar oleh salah satu Ph.D. candidate dari Monash University mas Agus Mutohar.

Lahan seluas 10 ha berlokasi di Narre Warren East, sebuah daerah yang sangat strategis di sebelah tenggara kota Melbourne ini, telah dibeli oleh Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu untuk pengembangan pusat keunggulan Muhammadiyah  di manca negara. UAD bersama empat Perguruan Tinggi Muhammadiyah lainnya ditunjuk oleh PP Muhammadiyah menjadi salah satu  pihak yang terlibat secara langsung dalam pendirian dan pengembangan sekolah ini. Lahan yang telah tersedia ini direncanakan oleh PP Muhammadiyah sebagai lokasi sekolah Muhammadiyah Australian College yang saat ini tengah disiapkan grand design nya. Ketika kami berkunjung ke sana, pada lahan tersebut telah berdiri sebuah bangunan yang untuk sementara digunakan sebagai kantor Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Australia sekaligus sebagai kantor amal usaha Muhammadiyah di negara kanguru ini.
mas1

Sisi Selatan Kantor Muhammadiyah Australian College di Narre Warren East, Australia

Bangunan ini telah ada saat lahan dibeli, dan karena dipandang konstruksinya masih kokoh maka untuk sementara akan dimanfaatkan sebagai perkantoran setelah diuji kelayakannya oleh pemerintah setempat.

mas3

Sisi Selatan-Barat Kantor Muhammadiyah Australian College di Narre Warren East, Australia

Dalam kunjungan ini, kami diajak keliling lahan oleh Mas Khamim (Ketua PCIM Australia) dan Mas Edward (salah satu pengurus PCIM), untuk melihat secara langsung  bagian-bagian dari lahan dan landscape yang telah diakusisi oleh Muhammadiyah. Setelah selesai berkeliling, kami diajak berdiskusi tentang aspek-aspek pengembangan Muhammadiyah Australian College dari visi, misi sampai pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di ruang sekretariat PCIM. Dalam kesempatan ini Pak Haedar Nashir memberikan masukan-masukan untuk perbaikan perencanaan sekolah Muhammadiyah ini.

mas2-baru

Salah satu sudut lahan tanah Muhammadiyah di Australia

Selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah, Pak Haedar dalam arahannya meminta agar sekolah yang akan dibangun di Australia ini menjadi pusat keunggulan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan sebagai wujud implementasi visi Islam Berkemajuan. Sekolah ini nantinya tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak warga Indonesia yang bermukim di Australia saja tetapi juga bagi anak-anak di tanah air yang menginginkan pendidikan unggul di luar negeri berbasis nilai-nilai ke-Islaman.

mas4

Peninjauan lahan sekolah Muhammadiyah di Australia oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah

Selain Ketua Umum PP Muhammadiyah, rektor UAD juga diberi kesempatan memberikan pandangan-pandangannya terhadap pengembangan Muhammadiyah Australian College ini. Rektor UAD berharap dalam perkembangannya ke depan, sekolah ini dapat menjadi lembaga pendidikan kebanggaan tidak saja bagi Muhammadiyah namun juga bagi bangsa yang mampu mendidik anak-anak Indonesia menjadi insan cendekia berwawasan global dengan nilai-nilai islam tertanam kuat dalam dirinya.

mas6

Pak Haedar Nashir bersama Ketua PCIM Australia (atas) dan delegasi UAD (bawah)  saat meninjau lahan Muhammadiyah Australian College di Narre Warren East

Salam Pendidikan Muhammadiyah Dunia.

Link terkait:

bendera australia

Tanggal 14 sampai dengan 22 Februari 2018 saya berkesempatan mendampingi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir, M.Si. dan Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berkunjung ke beberapa kota di Australia. Hari pertama (15 Februari 2018) setibanya di kota ternyaman di dunia Melbourne, delegasi UAD langsung bergabung dengan delegasi Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) dan lebih 20 rektor PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) menghadiri Signing Ceremony antara Majelis DIKTI PPM dengan Monash University. Komunikasi yang intensif sebelumnya oleh Mas Agus Mutohar (kandidat doktor Educational Technology  Monash University) dan Pak Dwi Santoso, Ph.D. (Direktur Program Internasional UAD) dengan pihak Monash University telah memperlancar kegiatan ini. Pihak Kedutaan Besar RI lewat ATDIKBUD Bapak Imran Hanafi juga mendukung sepenuhnya kegiatan ini. Signing Ceremony dilaksanakan cukup singkat, setelah sedikit sambutan dari pihak Monash University langsung diteruskan dengan penandatangan MoU.

monash4

Dari kiri ke kanan: Mas Agus Mutohar, ATDIKBUD Bapak Imran Hanafi, Dwi Santoso, Ph.D. (delegasi UAD), M. Sayuti, Ph. D. (Sekretaris Majelis DIkti PPM), Prof. Abid Khan (Deputy Vice-Chancellor and Vice President-Global Engagement Monash University) , dan Prof. Lincolin Arsyad (Ketua Majelis Dikti PPM)

Oleh karena kegiatan ini sebelumnya telah dikomunikasikan secara intensif oleh kedua pihak baik dari sisi waktu, tempat, jumlah peserta maupun materinya, maka penyambutan pihak Monash University terasa sangat siap dan memberikan kenyamanan bagi delegasi Muhammadiyah. Kami merasa terhormat dengan tercantumnya logo persyarikatan Muhammadiyah di backdrop yang disiapkan oleh pihak Monash University.

monash0

Welcome Display untuk Delegasi Muhammadiyah dari Monash University

Signing Ceremony dilaksanakan cukup singkat, setelah sedikit sambutan dari pihak Monash University langsung diteruskan dengan penandatangan MoU.

monash2

Pembukaan Penandatangan MoU antara PTM dengan Monash University, Australia

Penandatangan MoU dilakukan oleh Prof. Dr. Lincolin Arsyad selaku Ketua Majelis DIkti PPM dan Prof. Abid Khan selaku Deputy Vice Chancellor and Vice President (Global Engagement) Monash University, diikuti  oleh semua rektor PTM yang hadir pada acara tersebut termasuk Rektor UAD.

monash3

Penandatangan MoU oleh Prof.Lincolin Arsyad (Ketua Majelis Dikti PPM) dan Prof. Abid Khan (Deputy Vice-Chancellor and Vice President-Global Engagement Monash University)

Ketua Majelis Dikti PPM berpesan pada seluruh rektor PTM agar segera menindaklanjuti MoU dengan mengimplementasikan semua butir kerjasama  dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama seperti join conference, student exchange, visiting professor, dan join research. Prof. Lincolin Arsyad mengingatkan bahwa MoU tidak ada maknanya sama sekali apabila tidak segera diikuti oleh implementasi, oleh sebab itu PTM harus menjaga marwah Muhammadiyah sebagai organisasi modern yang konsisten dengan janji yang telah disepakati dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan realisasi dari MoU. Pada kesempatan tersebut, semua rektor PTM juga diberi kesempatan secara sendiri-sendiri menandatangani MoU dengan pihak Universitas Monash.

monash1

Penandatanganan MoU antara UAD dengan Universitas Monash oleh Rektor UAD

Rektor UAD mengatakan melalui kerjasama ini, para dekan fakultas dapat mulai merancang kegiatan kerjasama dengan Universitas Monash dalam berbagai kegiatan dan berharap dalam tahun 2018 ini rancangan-rancangan kerjasama tersebut dapat diimplementasikan.

Salam Persahabatan Dunia.

Link terkait: